Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Tak Kemal Maka Tak Sayang


Apabila diperkenankan untuk mengucap kejujuran, bantu-membantu hati ini tiada mempunyai ketertarikan untuk menyaksikan Tak Kemal Maka Tak Sayang. Well, selain bukan penggemar gaya Kemal Palevi dalam berkelakar di atas panggung, traumatis terhadap film teranyar Raditya Dika – sebagai sesama pelaku stand up comedy – yang begitu mengecewakan ditinjau dari berbagai sisi masih belum sepenuhnya mengenyahkan diri dari pikiran. Lagipula, apa yang menjadi materi kupasan film yang beranjak dari buku laris berjudul sama rekaan Kemal Palevi ini yah, masih berkisar di kehidupan si comic yang dipenuhi oleh keabsurdan lengkap dengan tragedi percintaannya. Tidak benar-benar ditemui pembaharuan karena kurang lebih hanya mempergunakan formula yang diciptakan oleh Dika di film-film miliknya. Dengan hanya berpatokan pada ini, gairah menonton pun gagal terbentuk. Lalu, saya pun menetapkan untuk memberi kesempatan pada Tak Kemal Maka Tak Sayang yang tiada disangka-sangka... ternyata menghibur! Don’t judge a book by its cover, eh? 

Tak Kemal Maka Tak Sayang membawa penonton ke babak kehidupan Kemal Palevi jauh sebelum dirinya tenar di panggung stand up comedy. Sebagai pelajar SMA, Kemal bukanlah sosok yang populer, cenderung memiliki peringai ‘ajaib’, dan senantiasa dihadapkan pada kegagalan soal asmara. Upaya merebut hati Raisya (Indah Permatasari), gadis elok yang telah usang menjadi incarannya, pun bukan masalah mudah terlebih Raisya telah memiliki kekasih yang merupakan satria di sekolah, Nanda (Ajun Perwira). Kemal meminta santunan ayahnya yang andal capoeira serta sahabat dekatnya yang aneh, Khalil (Rayi Putra), untuk mempersiapkan pertempuran melawan Nanda memenangkan hati Raisya. Setelah ditempa oleh aneka macam latihan melelahkan, sayangnya takdir berkehendak lain dan justru membawa Kemal ke Jakarta yang mempertemukannya dengan Putri (Laudya Cynthia Bella). Sosok Putri yang bertolak belakang dari Raisya ini lantas mengisi babak baru dari kehidupan Kemal dan menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya yang menghantarkannya pada sorot lampu ketenaran. 

Diperkirakan akan berubah menjadi sebagai sebuah tontonan garing kriuk-kriuk, Tak Kemal Maka Tak Sayang justru membuat aku kecele dengan sajiannya yang mempunyai kandungan hiburan mencukupi. Memang secara garis dongeng film tidak dikaruniai keistimewaan, plotnya klise dan begitu gampang ditebak kemana akan bermuara, tetapi apa yang menciptakan Tak Kemal Maka Tak Sayang terasa unggul ketimbang film sejenis yaitu ketepatan dalam pengaturan ‘comic timing’. Fajar Bustomi (Slank Nggak Ada Matinya, Remember When) memahami betul waktu yang dirasanya sesuai untuk melontarkan lawakan-lawakan kreasi Kemal dan Jovial da Lopez sehingga dikala ‘bom’ dijatuhkan ada dampak berpengaruh yang dirasakan sehingga secara otomatis ledakan tawa pun terpantik. Bagusnya, tidak sedikit pula guyonan – walau masih berkutat di area slapstick – yang kemunculannya dari suatu adegan yang bisa jadi tidak kau duga sebelumnya... dan ini berhasil. Alhasil, penonton pun sukses digiring memasuki momen-momen penuh kegilaan yang menyenangkan di sini. 

Tentu, tidak semua candaan disasarkan secara tepat. Ada pula yang meleset. Bahkan film pun kehilangan magisnya saat titik puncak dibungkus sekenanya, cenderung terburu-buru, menggantikan adegan puncak yang memungkinkan Kemal Palevi untuk bersinar jelas lewat gaya lawakannya dengan sederetan footage. Sungguh sangat disayangkan film gagal dibawa ke tingkatan yang lebih tinggi. Beruntung luka di ujung ini sedikit banyak tertutupi oleh polesan efek khusus yang tergarap baik, isian tembang-tembang pengiring yang easy listening, jajaran pemain bermain prima, khususnya Laudya Cynthia Bella, Rayi Putra, Hifdzi Khoir dan Ajun Perwira yang masing-masing mencuri perhatian lewat tugas yang diembannya, serta sisipan adegan di sela-sela credit title yang melibatkan Luna Maya. Bahkan sekalipun Tak Kemal Maka Tak Sayang kurang mampu memberi hentakan lebih pada penyelesaiannya, film ini masih terbilang berhasil dalam kaitannya menunaikan peran sebagai film senang-bahagia pelepas penat. Kocak dan mengasyikkan.

Acceptable

Post a Comment for "Review : Tak Kemal Maka Tak Sayang"