Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Talak 3


“Kalau kau sayang sama saya, jangan pernah berkorban buat aku.” 

Andaikata keabsahan trailer dalam merepresentasikan keseluruhan isi suatu film mendekati level tepat, maka sejujurnya trailer Talak 3 kurang mengundang selera saya untuk merasakan versi lengkapnya. Seolah-olah, tidak lebih dari sekadar pepesan kosong belaka (guaring!). Yang lalu menggerakkan hati untuk tetap mempercayai bahwa tidak mungkin Talak 3 akan berakhir sebagai another Indonesian romantic comedy movie adalah jajaran pemainnya yang menggamit bintang film aktris terbaik Indonesia dikala ini; Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, serta Reza Rahadian, dan duo sutradara yang masing-masing melepas karya jempolan tahun kemudian; Hanung Bramantyo dengan Hijab, sementara Ismail Basbeth menunjukkan Mencari Hilal. Lagipula, kita sempat dikejutkan oleh betapa menghiburnya Kawan Kawin? (yang sama-sama dibintangi Reza Rahadian) pada Februari silam, jadi mengapa tidak Talak 3 yang kasatmata-positif memiliki dream team? Dan memang, dikala aku telah menetapkan ekspektasi bahwa film ini tidak akan berbeda jauh dengan trailer-nya, betapa terkejutnya diri ini begitu mendapati ternyata Talak 3 lebih kocak, lebih mengasyikkan dan lebih mengharu biru dibanding asumsi. 

Tanpa sedikit pun memikirkan konsekuensinya, Bagas (Vino G. Bastian) menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Risa (Laudya Cynthia Bella). Di sidang perceraian, Bagas bahkan secara berani berujar, kecil kemungkinan ia dan Risa untuk rujuk mengingat tidak ada lagi cinta diantara mereka. Akan tetapi, dikala mereka memutuskan mengerjakan sebuah proyek bersama guna memperbaiki kondisi finansial masing-masing, benih-benih asmara kembali timbul. Berniat rujuk, sayangnya Bagas dan Risa terhalang hukum agama yang menyatakan bahwa pihak wanita harus terlebih dahulu dipinang oleh seorang muhalil (pria lain yang menikahi pihak wanita, kemudian menceraikannya) apabila ingin bersatu kembali. Dikejar oleh deadline pekerjaan – disamping tidak ingin ribet – maka Bagas pun menempuh jalur belakang demi ‘mengaktifkan’ lagi status pernikahannya dengan Risa. Caranya, merekrut sahabat mereka, Bimo (Reza Rahadian), untuk menjadi muhalil bagi Risa. Dengan Bimo membisu-diam menyimpan perasaan kepada Risa, ditambah lagi keberadaan petugas KUA yang berambisi memberangus korupsi, Basuki (Dodit Mulyanto), planning licik Bagas-Risa dalam mengakali aturan pun tak berjalan semudah yang dibayangkan. 

Talak 3 bersinonim akrab dengan kata menghibur. Sejak menit-menit pertama, Hanung dan Ismail telah melontarkan bom-bom tawa yang mengondisikan penonton untuk tergelak-gelak sedari awal. Materi promosinya memang telah memberi tahu, Talak 3 akan ngebanyol habis-habisan. Yang sama sekali tak terkira, sederet kelakar diatur tingkat kekonyolannya hingga level maksimal (bahkan memasuki abstrak). Candaannya memang tidak semuanya mengenai sasaran – tidak sedikit pula yang meleset, menciptakan sensasi garing – tapi begitu mencapai targetnya, bersiaplah untuk terbahak bersama penonton lain tanpa dikomando. Setidaknya terdapat dua momen komedik yang membekas di ingatan selepas menonton; pertama, tiap kali Pak Hasmi (Hasmi Gundala), Kepala KUA, dan Jonur (Gareng Rakasiwi), digelisahkan oleh Basuki, dan kedua, abad Bagas-Risa bertandang ke daerah motivator cinta, Maryono Tangguh (Mo Sidik). Apakah nama-nama ini terdengar, errr... familiar? Ya, nakalnya Hanung – mirip dilakoninya di Hijab – dalam menyental-nyentil fenomena di sekitar masyarakat kembali dilaksanakan. Kali ini topiknya berkisar pada tindakan korupsi di lingkungan birokrasi, ojek online, stand up comedy, motivator, sampai paling sering dijumpai di keseharian, masyarakat modern yang terlalu hobi mencampuri urusan orang lain. 

Menariknya, Talak 3 tidak sekadar kocak. Penonton yang berharap film ini lebih dari senda gurau belaka, bisa jadi akan terkesan (atau malah... terkejut mirip saya?) dengan pekatnya unsur drama di dalamnya. Selepas ketawa ketiwi di paruh awal, Hanung dan Ismail perlahan tapi pasti mulai membelokkan film ke ranah penguras emosi yang mengandung sederet momen dramatis nan mengharu biru yang kudu diakui justru saat-dikala terkuat dari Talak 3. Cikal bakalnya telah tercium sejak Bimo memperlihatkan kesediaannya menjadi muhalil bagi Risa. Nada film yang semula menghentak-hentak penuh semangat seperti halnya formasi tembang-tembang pengiringnya yang begitu pas membangun mood film, mulai melembut kemudian pada kesudahannya mengajak penonton ‘baper bersama’. Konflik antara Bagas dan Risa meruncing, sementara Bimo risikonya buka suara mengenai perasaannya yang bahu-membahu. Talak 3 mencapai puncaknya – aku anggap sebagai momen emas pada film – ketika Bagas mendamprat habis-habisan Bimo sehingga tercipta pertikaian dahsyat di kos Bimo yang sekaligus semakin menyulitkan posisi Risa. Dengan bulir-bulir air mata mulai membanjiri pelupuk, titik ini menjadi pembuktian atas kualitas keaktoran Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, serta (khususnya) Reza Rahadian. Tanpa akting kelas wahid, adegan pertikaian ini berpotensi lewat begitu saja, namun berkat kepiawaian mereka bersandiwara, kamu akan sulit melupakannya. Salam cinta!

Exceeds Expectations (3,5/5)



Post a Comment for "Review : Talak 3"