Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Money Monster


“The name is Lee Gates, the show is Money Monster. Without risk, there is no reward. Should I sell? Should I a loan? Get some balls!” 

Pernah nonton film thriller dari Negeri Gingseng berjudul The Terror Live instruksi Kim Byung-woo? Kalau belum, begini garis besar ceritanya. Seorang mantan news anchor ternama bernama Yoon Young-hwa (Ha Jung-woo) yang kini dimutasi ke radio menerima telepon gelap bernada ancaman. Mulanya menganggap hanya sekadar perbuatan iseng, tak disangka-sangka ancaman tersebut diwujudkan dalam bentuk pengeboman jembatan sampai menewaskan puluhan sipil tak bersalah. Alih-alih melaporkan ke pihak berwenang, Yoon Young-hwa justru melihat teror yang didapatnya sebagai kesempatan untuk melambungkan kembali karirnya. Didukung pula oleh sang atasan yang abnormal rating, telepon gelap ini diboyong ke siaran pribadi acara berita nasional tanpa menyadari besarnya ancaman yang mengintai mereka. Si protagonis datang-datang menjadi sandera dalam acara televisi yang dipandunya dan menjadi tontonan seantero Korea Selatan. Sampai disini kau mungkin bertanya-tanya, lalu apa keterkaitannya dengan Money Monster? Nah, nasib kurang lebih serupa dialami oleh Lee Gates (George Clooney), seorang pembawa acara seputar dunia saham dari film layar lebar keempat yang digarap Jodie Foster usai The Beaver ini. 

Keduanya sama-sama disandera oleh seorang laki-laki penuh amarah di hadapan jutaan jiwa pemirsa layar beling. Keduanya sama-sama berdiri di atas garis tipis yang memisahkan antara hidup dan mati. Dan, keduanya sama-sama tidak memiliki sedikitpun kesempatan untuk berbuat kesalahan atau konsekuensinya ialah mati konyol. Kalau ada pembeda diantara mereka, maka itu keberadaan si pelaku (dan motifnya, tentu saja!). Penonton beserta para korban di The Terror Live tidak dibiarkan tahu dimana si peneror bersembunyi hingga detik-detik menjelang klimaks. Kita mendapatkan teror melalui bunyi dari ujung gagang telepon. Sementara dalam Money Monster, wajah si penebar teror telah tersibak sedari awal. Seorang pria yang menyamar sebagai kurir, Kyle Budwell (Jack O’Connell), nyelonong masuk ke studio dikala acara milik Lee baru saja mengudara dan tanpa memberi instruksi eksklusif menodongkan pistol ke arah Lee. Dia meminta pertanggungjawaban Lee atas raibnya uang sebanyak $60 ribu miliknya yang diinvestasikan dalam bentuk saham di IBIS Global Capital sesuai rekomendasi Lee melalui salah satu episode.

Seperti halnya Kyle, Lee pun tak tahu menahu mengenai dilema ini. Sang sutradara, Patty Fenn (Julia Roberts), yang membantu Lee menenangkan Kyle lewat earphone, mencoba melacak kebenaran soal saham di IBIS Global Capital. Dari hasil penelusuran, didapat kenyataan bahwa setidaknya uang senilai $800 juta amblas tak jelas juntrungnya dan CEO perusahaan tersebut, Walt Camby (Dominic West), menghilang entah kemana. Kedua perkara tersebut dijelmakan Jodie Foster ke bentuk pertanyaan “kemana perginya uang dan CEO IBIS Global Capital?” demi mengikat akrab penonton di bangku bioskop. Menariknya, untuk menjumpai cikal bakal tercetus pertanyaan “apa yang bekerjsama terjadi disini?” penonton tidak diayunkan-ayunkan terlalu usang. Basa-kedaluwarsa sejenak di menit pembuka yang bertujuan memberi citra mirip apa ‘dunia’ yang akan kita masuki, Jodie Foster secara tegas mulai mengeskalasi ketegangan bahkan sebelum Money Monster memasuki menit belasan. Kemunculan pertama kali Kyle telah mengumbar aroma kurang sedap yang memberi menunjukan adanya ketidakberesan pada karakter ini. Betul saja, hanya dalam hitungan menit, nuansa film yang semula cerah ceria perlahan tapi niscaya beralih ke mencekam seiring semakin dekatnya Kyle dengan Lee. 

Jodie Foster pintar menyulap ruang gerak serba terbatas yang sejauh mata memandang kita hanya melihat isi studio, jalanan di luar studio serta kantor IBIS Global Capital menjadi wahana permainan yang memungkinkan para pengunjungnya tersergap rasa ‘harap harap cemas’. Berulang kali, penonton dihadapkan pada momen-momen yang sangat memungkinkan untuk kesulitan menghembuskan nafas lega dengan beberapa titik disisipi humor tepat sasaran sebagai penawar stres. Lawakannya pun tak sembarangan, melainkan sentilan sentilun sosial yang mempergunjingkan soal korupsi, masyarakat modern, sampai pertelevisian. Selain itu, Money Monster memiliki barisan aksara utama yang gampang untuk diberi simpati – kejengkelan terhadap Lee dan Kyle di awal film seketika memudar begitu kita mengetahui lebih jauh latar belakang mereka – dan dimainkan sangat baik pula oleh jajaran pelakonnya terutama George Clooney, Julia Roberts, beserta Jack O’Connell sehingga memudahkan kita dalam menginvestasikan emosi. Dengan terinvestasinya emosi, penonton seolah mempunyai kedekatan bersama aksara-aksara di film yang lantas melahirkan kepedulian seperti misalnya harapan untuk melihat para korban ini dapat lancar jaya menyelesaikan misi-misi mereka. Kita bersorak kepada mereka dan diliputi keingintahuan lebih lanjut wacana apa yang menanti mereka di ujung hari. Mengasyikkan!

Outstanding (4/5)

Post a Comment for "Review : Money Monster"