Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Sobat Tapi Menikah


“Cinta pertama itu susah dilupain. Apalagi jikalau cinta pertama lo itu teman lo sendiri.” 

Apakah kau pernah jatuh cinta dengan sahabat terdekatmu sendiri? Pernah? Tidak? Kalau saya eksklusif sih belum pernah merasakannya dan mengingat ketika ini masih bujangan (hello, ladies!), hanya Tuhan yang tahu apakah diri ini nantinya akan melangkahkan kaki ke pelaminan bersama seorang kawan baik atau seorang lain. Ehem. Satu yang terperinci, beberapa hari silam, mata kepala saya menjadi saksi atas terwujudnya ‘sahabat tapi menikah’ di kehidupan faktual. Dua sahabat erat aku sedari 10 tahun kemudian yang tidak pernah terdeteksi menjalin relasi asmara – semua orang tahu mereka erat bersahabat – tiba-datang menikah. Dari sini saya tersadar bahwa kisah kasih seperti ini sejatinya lumrah terjadi alasannya adalah sebelumnya aku mendengar kisah serupa dari kakak kandung. Tak mengherankan kalau novel rekaan Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion yang mempopulerkan istilah ‘sahabat tapi menikah’ banyak diserbu khalayak ramai. Dalam novel tersebut, mereka berdua menyebarkan pengalaman positif wacana bagaimana relasi persahabatan keduanya yang telah dibina selama 12 tahun justru berlanjut ke jenjang pernikahan. Pengalaman nyata yang rupa-rupanya memiliki kedekatan representasi bagi banyak orang. Menyadari bawah novel ini memperoleh resepsi begitu hangat, pihak Falcon Pictures pun menetapkan untuk memvisualisasikannya ke bentuk film layar lebar dengan tajuk Teman Tapi Menikah, lalu menunjuk Rako Prijanto (Sang Kiai, 3 Nafas Likas) sebagai sutradara, dan mendapuk Vanesha Prescilla dan Adipati Dolken untuk menempati posisi pelakon utama.  

Dalam Teman Tapi Menikah versi layar lebar, kedua aksara sentralnya tetaplah Ayudia Bing Slamet (Vanesha Prescilla) dan Ditto (Adipati Dolken). Mereka diceritakan telah menjalin kekerabatan persahabatan sedari duduk di dingklik Sekolah Menengah Pertama. Awalnya sih Ditto sebatas mengagumi Ayu yang sedari kecil telah dikenal sebagai aktris. Namun seiring berjalannya waktu, Ditto ingin memperlakukan Ucha – sapaan akrabnya untuk Ayu – sebagai seorang teman istimewa. Dimana ada Ditto, maka disitu ada Ayu. Mereka berdua sulit untuk dipisahkan sampai-sampai acapkali dikira berpacaran saking lengketnya satu sama lain. Persahabatan mereka terus berlanjut sampai ke jenjang Sekolah Menengan Atas dimana Ditto mulai memperlihatkan potensinya sebagai pemusik sekaligus playboy kelas teri. Pada titik ini, bantu-membantu kedua belah pihak telah menyadari ada setitik rasa antara satu dengan lain. Namun mereka berdua menentukan untuk tak terlalu mengindahkannya. Ayu memutuskan untuk berkencan dengan anak grup band bernama Darma (Rendi John) sementara Ditto terus berganti-ganti pacar seiring berjalannya waktu. Adanya rasa tidak bahagia tatkala menjalin korelasi dengan sejumlah wanita perlahan menyadarkan Ditto bahwa hatinya bergotong-royong hanya untuk Ayu. Masalahnya, bagaimana cara mengungkapkan isi hatinya ini? Terlebih Ayu seolah sebatas menganggapnya sebagai sobat curhat belaka dan tampaknya tidak pernah menyadari bahwa segala kerja keras yang dilakukan oleh Ditto seperti membeli scooter menggunakan uang tabungan sendiri adalah upayanya untuk membahagiakan Ayu. Hubungan yang terjalin diantara keduanya ini semakin terasa rumit saat pilihan menimba ilmu di universitas memaksa mereka untuk berpisah jalan. 


Ditengok dari premis, Teman Tapi Menikah sejatinya sederhana saja (jikalau tak mau disebut klise ya). Tidak terhitung lagi sudah berapa banyak film romansa yang berceloteh mengenai kekerabatan persahabatan dua muda mudi yang berubah menjadi kekerabatan percintaan. Dari zaman baheula hingga sekarang, kau setidaknya akan menjumpai minimal satu film yang pokok kupasannya berkisar soal ‘teman tapi mesra’. Ya mau bagaimana lagi, dongeng kasih semacam ini selalu memiliki sudut pandang baru untuk diceritakan sekalipun sudah teramat sering disampaikan. Teman Tapi Menikah pun demikian. Plotnya yang kelewat umum bisa saja membuat sebagian penonton memandangnya remeh, tapi film ini sanggup pertanda bahwa jalinan penceritaan yang begitu sederhana dan terasa sangat familiar akan tetap menghasilkan tontonan yang meninggalkan kesan mendalam apabila menerima penanganan yang sempurna. Teman Tapi Menikah tidak berusaha mati-matian untuk tampil sophisticated demi menarik perhatian publik, melainkan hanya bergantung pada guliran kisahnya yang membumi dan tidak membentuk jarak terlampau jauh dengan penonton. Pertanyaan yang dilontarkan si pembuat film kepada penonton semacam “apakah kau pernah jatuh cinta dengan sobat baikmu sendiri?” dan “apakah kamu pernah melihat seseorang di dekatmu yang mempunyai dongeng seperti Ayu dengan Ditto?” merupakan bekal untuk membentuk keterikatan penonton kepada film. Kita merasa terikat alasannya adalah kita pernah (atau sedang) berada di fase tersebut. Bukankah selalu mengasyikkan mendengar dongeng mengenai pengalaman seseorang yang sama dengan kita? 

Ndilalah, tukang cerita Teman Tapi Menikah pun mampu menyusun penggalan-cuilan kisah kasih Ayu dengan Ditto sedari mereka masih belia sampai menikah di usia 20-an dengan amat baik. Rako Prijanto membuat kita tertambat lalu bersedia menyaksikan bagaimana relasi dua sejoli ini mengalami transisi dari persahabatan menuju percintaan. Rako beruntung mendapat suplai naskah bagus yang dirancang oleh Johanna Wattimena beserta Upi. Rentetan konflik yang muncul secara silih berganti terhidang masuk akal namun tetap memikat, obrolan-obrolan yang dilontarkan terasa mengalir selayaknya percakapan sehari-hari namun tetap anggun (tidak mencoba untuk berpuitis-puitis ria yang justru membuatnya janggal), dan karakterisasi untuk tokoh-tokoh sentral pun terbilang berpengaruh. Sosok Ditto dan Ayu bukanlah karakter satu dimensi dengan perangai terlalu sempurna atau terlalu aneh mirip kerap muncul di film-film percintaan. Mereka tidak ubahnya penonton yang sedang duduk di dingklik bioskop seraya mencemil berondong jagung dan menyeruput minuman bersoda. Mereka adalah kita. Jika ada yang membuat Ayu terlihat agak berbeda dari wanita sebayanya, itu karena dia menjalani profesi sebagai aktris sinetron. Tapi ketika dia berada di lingkungan sekolah kemudian berinteraksi dengan Ditto, dia tak ubahnya wanita sebelah rumah yang kita kenal. Ditto yang dideskripsikan sebagai playboy pun senada, dia tidak lantas menjelma menjadi prince charming seutuhnya. Dia merasakan kegagalan, ia juga bekerja keras untuk menggapai mimpinya. Bukan tipe pria berharta melimpah yang bisa memperoleh apapun yang ia mau dengan mudah.


Duo Ayu-Ditto ini dimainkan dengan sangat asyik oleh Vanesha Prescilla dan Adipati Dolken. Saat dipersatukan dalam satu layar, mereka membentuk ikatan kimia yang amat meyakinkan. Mencuat rasa percaya bahwa keduanya yakni sahabat baik yang saling peduli satu sama lain. Ini ditonjolkan melalui pertukaran obrolan yang seru diantara keduanya hingga-sampai kita merasa betah untuk berlama-lama di dekat mereka. Seiring bergulirnya dongeng, kita perlahan tapi niscaya mampu mendeteksi bahwa sejatinya tersembunyi rasa lain dibalik kekerabatan persahabatan ini. Sesuatu yang tidak akan mungkin bisa kita rasakan apabila dua pelakon utamanya tidak memberi performa dan chemistry diatas rata-rata. Chemistry Vanesha-Adipati adalah aset berharga yang dimiliki oleh Teman Tapi Menikah. Berkat mereka, kita bisa bersimpati kemudian menawarkan restu kepada relasi Ayu-Ditto. Siapapun telah mengetahui bagaimana dongeng mereka akan berakhir di penghujung film, tapi penampilan bagus jajaran pemainnya – termasuk Denira Wiraguna sebagai mantan Ditto dan Refal Hady sebagai mantan Ayu – ditunjang oleh naskah berisi, pengarahan yang lancar, penyuntingan yang dinamis, tangkapan kamera yang elok nan bergaya, serta iringan musik beraroma jazz yang melebur mulus ke setiap adegan sekaligus membantu menciptakan nuansa romantis-menggemaskan, membuat proses menuju bersatunya Ayu-Ditto terasa sangat mengasyikkan untuk diikuti. Kita ikut tertawa, tersenyum-senyum gemas, sampai menyeka air mata haru. Jarang-jarang ada film percintaan tanah air yang penceritaannya bisa sedemikian mengalirnya. Teman Tapi Menikah terang merupakan salah satu film percintaan terbaik yang pernah dibuat di Indonesia.

Outstanding (4/5)

Post a Comment for "Review : Sobat Tapi Menikah"