Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Bad Moms


“You're so not a failure as a mother. In fact, you're the best mother that we've ever seen.” 

Siapa bilang para ibu rumah tangga tidak bisa berpesta asing-gilaan? Dijerat rutinitas menjemukan nan melelahkan yang berkutat di kisaran mengurusi anak entah itu menyiapkan sarapan, mengantarkan ke sekolah, sampai memenuhi segala kebutuhan mereka termasuk membantu mengerjakan peran sekolah, lalu menghadiri rapat pertemuan wali murid yang pokok bahasannya berpotensi bikin menguap lebar-lebar, kemudian membereskan pekerjaan rumah seperti menyelesaikan cucian menumpuk atau memasak makan malam untuk seluruh anggota keluarga di malam hari walau energi telah terkuras habis seharian, dan belum lagi jikalau dirongrong insiden-peristiwa tak terduga yang membutuhkan perhatian lebih... well, mereka bisa melaksanakan apa saja guna melepaskan kepenatan hidup asalkan diberi kesempatan. Duo pelopor trilogi The Hangover, Jon Lucas dan Scott Moore, memberi kita citra bagaimana seandainya para ibu-ibu tersebut karenanya memperoleh kesempatan emas kemudian memanfaatkannya semaksimal mungkin di kreasi teranyar keduanya, Bad Moms, yang kolam perpaduan antara The Hangover dan Mean Girls

Dengan dipersilahkannya para mami-mami muda ini menggila, kehebohan tanpa batas yaitu apa yang mampu kau harapkan dari Bad Moms. Protagonis utama Bad Moms adalah Amy Mitchell (Mila Kunis), seorang perempuan berkeluarga yang sepintas mempunyai kehidupan baik-baik saja namun Amy sendiri menganggap hari-harinya dipenuhi kekacauan. Masalah utama Amy yaitu ia tidak mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan semua hal (arti secara harfiah!) biar kehidupan rumah tangganya berjalan semestinya. Sang suami, Mike (David Walton) sama sekali tidak membantunya mengurus putra-putri mereka – malah lebih sering membebaninya dengan pekerjaan suplemen – dan kedua anaknya kurang memberikan apresiasi atas pengorbanan sang ibu begitu pula atasan Amy di pekerjaan paruh waktunya. Ini masih belum ditambah adanya desakkan dari Gwendolyn (Christina Applegate), Presiden Asosiasi Orang Tua Guru, yang mengharapkan Amy mengikuti segala kegiatan asosiasi ini ditengah-tengah kesulitannya mengatur waktu. Berusaha keras menjadi ibu sempurna mengingat selama ini dia beranggapan bahwa dirinya ialah ibu yang buruk, Amy akibatnya memutuskan menyerah begitu memergoki Mike berselingkuh. Dia memilih abad udik dengan keadaan di sekitar dan memutuskan memberi banyak me time sekaligus bersenang-senang bersama dua teman barunya, Carla (Kathryn Hahn) dan Kiki (Kristen Bell), yang memiliki problematika senada. Persahabatannya dengan Carla dan Kiki, pada hasilnya memberinya inspirasi mengenai konsep ‘ibu sempurna’. 

Ya, ditangani otak dibalik kesuksesan The Hangover, kamu mampu mengantisipasi munculnya dialog-dialog kotor sarat ‘F-word’, kelakar-kelakar berkaitan dekat dengan selangkangan pula urusan ranjang, dan tindakan-tindakan semau-mau gue di Bad Moms. Begitulah identitas Lucas-Moore dalam mengajak penontonnya bersenang-bahagia. Selama periode waktu sekitar 100 menit, mereka hanya ingin pangsa pasarnya mengikuti serentetan kegilaan yang dilakoni para mami dengan tingkatan stres telah mencapai stadium 4 guna melupakan sejenak kegelisahan hidup. Apabila kamu tidak pernah nyaman melahap komedi yang materi ngebanyolnya memiliki obrolan semacam “aku akan menyetubuhi suamimu jika tak tiba ke pertemuan ini!”, Bad Moms mungkin akan mengusikmu sepanjang durasi. Tapi bila kau sama sekali tidak keberatan dengan dagelan soal hoodie berwarna merah muda yang dianalogikan sebagai penis belum disunat (which is, salah satu momen terbaik plus paling orisinil di film ini), maka Bad Moms akan membuatmu tergelak-gelak ahli berulang kali. Dengan adanya sumbangan dari barisan lagu-lagu pengiring yang memperkuat atmosfir hingar bingarnya dan penampilan sangat kompak nan mesra dari trio pemain film utamanya: Mila Kunis, Kathryn Hahn (she's killing it!), dan Katolik Bell, yang akan membuatmu berharap mempunyai sahabat se-cool mereka, mampu jadi Bad Moms akan menempati daftar teratas sebagai ‘pesta fiktif’ paling mengasyikkan yang pernah kau hadiri dalam beberapa tahun terakhir. 

Pun begitu, mengingat bagaimanapun juga para huruf sentral penggerak laju film yaitu ibu-ibu, Bad Moms turut mengedepankan apa yang luput dari trilogi The Hangover: kehangatan. Cukup mengejutkan bantu-membantu mengetahui bagaimana Lucas-Moore mempunyai pengamatan sangat baik terhadap tema parenting yang diusungnya terlebih lagi fokusnya berada di ibu bukan ayah. Film ini memberikan kacamata bagi penonton bukan dari kalangan mamak-mamak untuk mengobservasi mirip apa beratnya tugas seorang ibu yang bisa jadi selama ini kita anggap sebelah mata. Dibandingkan film sejenis dari awal tahun yang lebih santun, Mother’s Day, Bad Moms jauh lebih bernas, mumpuni dan mengena sebagai sarana memahami para ibu. Setidaknya, ada dorongan mengucap “I love you” – bila mampu, sekaligus memberi pelukan hangat – kepada ibu usai menontonnya. Deretan karakternya pun dibuat cermat yang dimainkan mengesankan pula oleh para pelakonnya sehingga kita bisa terhubung secara emosi pada mereka. Kita bisa mafhum dengan keputusan Amy buat berpesta pora pasca melihat apa yang dihadapinya saban hari selama bertahun-tahun; menyelesaikan seabrek pekerjaan rumah dan masih harus menghadapi anak, suami, hingga mami-mami keji gemar menggunjing yang penuntut. Menariknya, mencuatnya sisi sentimentil di setengah jam selesai ini tidak menodai semangat bersenang-senang yang diusung oleh film sedari menit pertama berkat pasnya perpaduan dan mulusnya peralihan nada film. Mengawinkan dua elemen berbeda dimana keduanya bekerja sangat baik justru memberi kekuatan tersendiri bagi Bad Moms.

Note : Seraya end credits mengular, rekaman wawancara yang lucu dan hangat dari para aktris utama bersama ibu masing-masing menampakkan diri. 

Outstanding (4/5)

Post a Comment for "Review : Bad Moms"