Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Mission: Impossible - Rogue Nation


”The Syndicate is real. A rogue nation, trained to do what we do.” 

Rangkaian seri Mission: Impossible menguraikan definisi “bau tanah-renta keladi, makin bau tanah makin menjadi.” Saat banyak franchise mulai megap-megap begitu memasuki instalmen keempat, Mission: Impossible malah justru gres menawarkan tajinya melalui Ghost Protocol yang seketika menempatkannya dalam jajaran ‘spy films’ dengan keberadaan patut diperhitungkan. Menghidangkan intrik spionase tingkat tinggi yang diinjeksi serum pemacu adrenalin hingga titik maksimal, Ghost Protocol memberi pengalaman sinematik memuaskan dalam menyaksikan sebuah gelaran action blockbuster. Telah mencapai level baru dengan menebar semua kegilaan yang sulit terbayangkan sebelumnya, maka agak susah sebetulnya membayangkan Christopher McQuarrie (Jack Reacher) akan memberi suguhan yang melampaui pencapaian film sebelumnya di jilid kelima bertajuk Rogue Nation ini khususnya setelah adegan bergelantungan di Burj Khalifa yang sulit dilupakan itu sampai, well, kau membuktikannya secara langsung dengan melahapnya di layar perak sehingga bisa menawarkan kesimpulan: Rogue Nation is a great addition to the Mission: Impossible franchise. 

Konsorsium kriminal tingkat internasional, Sindikat, yang sempat disinggung di penghujung seri lalu sekarang menjadi musuh nyata bagi IMF. Ethan Hunt (Tom Cruise) yang mencoba untuk menghancurkan Sindikat harus menghadapi kenyataan CIA telah membekukan IMF atas persetujuan dari pemerintah karena aktifitas mereka dianggap telah melewati batas. Bergerilya dalam menjalankan misi demi menghindari kejaran Alan Hunley (Alec Baldwin), kepala CIA, Ethan lantas menghubungi satu persatu anggota timnya; William Brandt (Jeremy Renner), Benji Dunn (Simon Pegg) dan Luther Stickell (Ving Rhames), untuk membantunya. Di tengah-tengah perburuan yang dimulai dari London berlanjut ke Austria hingga Moroko ini, Ethan berjumpa dengan seorang wanita misterius bernama Ilsa Faust (Rebecca Ferguson) yang belakangan diketahui merupakan biro MI6 dan memiliki terusan eksklusif ke pemimpin Sindikat. Mengingat statusnya sebagai ‘distributor ganda’, Ethan tak mampu sepenuhnya mempercayai Ilsa terlebih motif sesungguhnya dibalik segala pertolongan yang diberikan Ilsa kepada Ethan juga masih kurang jelas. 

Sejak detik pembuka, Rogue Nation telah dikondisikan oleh McQuarrie untuk menciptakan penonton kesulitan menghembuskan nafas lega. Betapa tidak, dikala ketegangan di Burj Khalifa berlangsung pada menit puluhan, Rogue Nation justru pribadi menyambut kita dengan adegan Ethan Hunt bergelantungan di sisi pesawat Airbus A400M yang tengah lepas landas bahkan sebelum opening credit yang khas itu menampakkan diri. Walau hentakannya tidak sekuat adegan segera menjadi ikonik tersebut (teteup!), namun pembukaan semacam ini secara otomatis telah membentuk mood menonton ke arah konkret apalagi, you know, Tom Cruise melakoni seluruh adegan berbahaya disini sendiri tanpa pemeran pengganti. Dan bagusnya, tatkala kita mencurigai Rogue Nation akan mengalami eskalasi ketegangan di menit-menit berikutnya usai jualan utama dari bahan promosi telah digeber sedemikian awal, si pembuat film sekali lagi berujar, “maaf, dugaanmu keliru.” Ya, sekalipun skalanya tidak ada yang benar-benar masif, Rogue Nation konsisten memunculkan adegan penggenjot adrenalin yang sambung menyambung sehingga ada baiknya urusan belakang dituntaskan sebelum film dimulai karena percayalah, kamu tidak ingin melewatkan film ini barang sedetik. 

Paska Ethan Hunt bergelayutan di ketinggian 5.000 kaki, penonton digiring menuju tuturan mengikat sarat intrik pengundang rasa penasaran yang sela-selanya diisi pertarungan ‘kedap suara’ di opera house yang pengambilan gambarnya secantik adegan ubur-ubur dari Skyfall (it’s worth the ticket price alone!), lantas menyusup ke ruang data di bawah air dengan membawa persediaan oksigen super terbatas yang akan memberimu sensasi harap-harap cemas, kebut-kebutan beroktan tinggi berlatar eksotisme alam Moroko memakai kendaraan beroda empat serta superbike keluaran terbaru BMW, dan penyerangan Perdana Menteri Inggris yang akan membuat jantungmu berdegup dalam irama cukup kencang sekaligus memancing tawa tergelak-gelak. Dan oh, ini belum berakhir alasannya adalah Ethan Hunt dan tim kecilnya masih harus berhadapan dengan pemimpin Sindikat yang sekali lagi menghadirkan situasi hidup mati. Setiap keputusan salah yang diambil oleh Ethan Hunt mampu mengancam keselamatannya beserta anggota timnya. Menilik jalan pengisahan sepanjang film yang berliku-liku, termasuk kau sulit menduga dimana bantu-membantu Ilsa berpihak, maka hasil balasannya mampu saja berwujud kemenangan maupun kekalahan di pihak protagonis. Inilah yang menjadikannya terasa mendebarkan! 

Meski ya, sekalipun Rogue Nation tidaklah sedigdaya Ghost Protocol terkait kecakapannya mengolah rangkaian tabrak megah yang impresif, tetap saja sulit ditampik Rogue Nation akan bangun tegak diantara seri terbaik franchise Mission: Impossible. Kapabilitas Christopher McQuarrie dalam mengolah jalinan pengisahan dengan konflik berlapis-lapis penuh konspirasi tanpa pernah sekalipun terasa menjemukan berkat cepatnya laju film pula bubuhan humor menggelitik, malah justru mencengkram akrab sampai-hingga memunculkan keingintahuan besar untuk mengetahui apa yang akan terjadi berikutnya, merupakan letak kekuatan utama dari film. Selain itu, Rogue Nation juga dianugerahi sosok mematikan berwujud Rebecca Ferguson yang mudah dinobatkan sebagai partner Ethan Hunt paling tangguh selama ini (she’s the scene stealer!), komposisi musik pengiring dari Joe Kraemer yang keren, dan tentu saja, parade gelaran laganya yang terkemas mengasyikkan. Mission: Impossible – Rogue Nation jelas tawarkan hiburan berkelas yang sebaiknya tidak kau lewatkan begitu saja.

Outstanding

Post a Comment for "Review : Mission: Impossible - Rogue Nation"