Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : My Big Fat Greek Wedding 2


“Now my family has come together to pull off another big fat greek wedding.” 

Pertama kali rilis di bioskop menjelang Musim Panas tahun 2002, My Big Fat Greek Wedding adalah film kecil biasa yang keberadaannya hampir tidak terendus oleh penonton mayoritas. Dengan satu-satunya nama besar di film, Tom Hanks, tak ikut nampang di depan layar, ya siapa peduli? Tetapi nasib memang sukar diterka alasannya adalah siapa menyangka film mengenai ‘Cinderella story’ dengan poros huruf keluarga Yunani di Amerika ini meledak luar biasa dua puluh minggu kemudian? Bermodalkan $5 juta, mencetak $600 ribu di minggu pertama, My Big Fat Greek Wedding membukukan angka $240 juta di selesai peredarannya yang sekaligus menempatkannya sebagai film komedi romantis terlaris sepanjang kala di Amerika Utara. Rekor lainnya, torehan tersebut dicapai tanpa pernah sekalipun menempati posisi pertama di tangga box office mingguan! Hebat, huh? Merengkuh kesuksesan sebesar itu, tentu mampu ditebak akan ada sekuel dalam beberapa tahun ke depan. Namun kegagalan serial televisinya ternyata baru benar-benar memuluskan lahirnya My Big Fat Greek Wedding 2 ke layar lebar 14 tahun lalu. 

Di penghujung film pertama, Toula Portokalos (Nia Vardalos) yang berasal dari keluarga Yunani konservatif berhasil mewujudkan mimpi Cinderella-nya dengan menikahi kekasihnya yang notabene berkulit putih, Ian (John Corbett). Jika mengaplikasikan dongeng cerita, maka ‘happily ever after’ yakni kehidupan mereka selanjutnya. Akan tetapi, mengingat rangkaian konflik di film kelanjutan kompleksitasnya ditingkatkan, Toula-Ian tidak baik-baik saja. Ya, pernikahan mereka memang tidak goyah, hanya saja Ian agak merasa sang istri sedikit memberi jarak dengannya yang berdampak pada memudarnya romantisme. Terlebih, keduanya tengah sama-sama gundah karena putri semata wayang mereka, Paris (Elena Kampouris), berencana melanjutkan kuliah ke luar kota. Di ketika bersamaan, keluarga Portokalos juga dipusingkan oleh problem rumah tangga Gus (Michael Constantine) dan Maria (Lainie Kazan) sehabis terungkapnya fakta bahwa mereka berdua tidak pernah menikah secara resmi. Seraya mencarikan jalan terbaik untuk era depan Paris bersama Ian, Toula pun berusaha mempersiapkan pesta pernikahan meriah kedua orang tuanya bersama keluarga Yunani-nya yang super rempong. Pusing deh kepala Toula. 

Seperti persoalan kebanyakan sebuah sekuel – utamanya yang tidak terlalu mendesak untuk dibentuk – My Big Fat Greek Wedding 2 pun terbentur problematika seputar orisinalitas, kesegaran maupun ‘daya sengat’ yang menimbulkan film pertamanya bersinar. Menerapkan rumus “jangan rubah sesuatu yang tidak rusak”, si pembuat film pun sekadar mereka ulang jilid sebelumnya tanpa ada pembaharuan dengan sekali ini tatanan pengisahannya cenderung diperkusut (atau diperpadat?). Toula mempunyai masalahnya sendiri, Paris memiliki masalahnya sendiri, Gus memiliki masalahnya sendiri, dan anggota-anggota keluarga Portokalos yang lain juga mempunyai masalahnya sendiri. Boom! Penuh sesak, bahkan seringkali tidak fokus memang, sehingga kedalaman dalam bercerita tidak akan kamu jumpai disini. Akan tetapi, apakah ini suatu hal yang buruk? Jika niatan My Big Fat Greek Wedding 2 yakni mengincar kejayaan di ajang penghargaan, tentu sangat buruk. Jika ditujukan bagi penonton yang mengharapkan instalmen kedua ini lebih dari sekadar ngelaba, cukup buruk. Namun kalau tujuannya ialah semata-mata mengajak penggemar setianya bernostalgia atau merangkul penonton yang ingin mood buruknya dilenyapkan, sama sekali bukan dilema. 

Sekalipun My Big Fat Greek Wedding 2 sangat bermasalah dari sisi plot sehingga agak menyulitkan penonton untuk menginvestasikan emosi secara lebih menyeluruh ke aksara tertentu (dalam hal ini, Toula), kandungan hiburannya dipertajam. Tidak lebih cerdas atau lebih manis disandingkan sang predesesor, tapi terang lebih lucu. Tampaknya, harapan Nia Vardalos selaku penulis skrip dan Kirk Jones selaku sutradara hanya ingin mengundang khalayak ramai mengikuti keriuhan pesta khas Yunani yang diselenggarakan keluarga Portokalos. Tidak peduli kamu belum mengenal mereka dengan baik, barisan huruf mudah disukainya akan membuatmu tidak merasa keberatan atau malah justru betah diajak bersenang-senang selama kurun waktu 90 menit. Gelak tawanya terjaga begitu konstan yang disebabkan kengototan Gus bahwa dirinya adalah keturunan pribadi Aleksander Agung, tindak tanduk absurd si Nenek Buyut, celetuk-celetuk menggelitik Bibi Voula (Andrea Martin), sampai kerempongan keluarga besar Portokalos dalam mempersiapkan akad nikah Gus-Maria. Tingginya volume humor yang mampu memantik derai tawa berkepanjangan plus adanya momen-momen kebersamaan penuh kehangatan serta cukup manis yang perlahan menyergap mendekati tamat inilah alasan utama mengapa pesta keluarga Portokalos di My Big Fat Greek Wedding 2 tak ada salahnya kamu hadiri terutama kalau membutuhkan hiburan pelepas penat.

Exceeds Expectations (3,5/5)

Post a Comment for "Review : My Big Fat Greek Wedding 2"