Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Kapan Kawin?


“Seneng yang kau kasih ke mereka itu kayak cek kosong. Kalau kau mau kasih duit orang, kamu harus punya duit dulu. Kalau kau mau bikin seneng orang, kau dulu yang seneng.” 

Bagi mereka yang menapaki usia 20 tahunan, masih betah melajang, sementara tanggung jawab menuntaskan era studi telah tergenapi dan (bahkan) memiliki pekerjaan memadai untuk menopang kebutuhan pokok sehari-hari, ada satu pertanyaan sederhana yang dianggap sebagai suatu momok mengerikan: “kapan kawin?”. Umumnya, senjata pembungkam verbal yang membuatmu seperti tersambar petir ini diluncurkan ketika keluarga besar menggelar temu reuni tahunan di perayaan hari-hari besar keagamaan atau sekadar arisan rutin. Jika sudah memiliki gandengan sih dibombardir pertanyaan ini tak terdengar begitu menyakitkan, tapi jika belum... aduh, sakitnya bisa berlipat-lipat ganda. Jangankan mikir mengucap akad nikah, calon pasangan yang bersedia diajak hidup bareng saja belum ketemu, bagaimana coba? Meminjam istilah generasi muda pengguna Twitter, “rasanya huft banget!”, dan tampaknya memang inilah problematika utama para jomblo-jomblo senang yang telah selamat melewati fase “kapan wisuda?”serta “sudah punya pekerjaan?”. 

Menyadari betapa pertanyaan “kapan kawin?” adalah salah satu bentuk fenomena sosial paling menggemparkan dikala ini sekaligus mempunyai imbas bermacam-macam pada setiap peserta pertanyaan, Ody C. Harahap ditemani oleh Monty Tiwa dan Robert Ronny mengemasnya ke dalam sebuah gelaran komedi romantis berjudul Kapan Kawin? Inti cerita dari film ini bantu-membantu sederhana. Dinda (Adinia Wirasti), seorang wanita dengan karir mapan di bidang perhotelan, masih belum menetapkan untuk melenggang ke pelaminan di usianya yang telah mencapai 33. Pencapaian karir yang membanggakan ini sayangnya dianggap kurang bagi kedua orang tuanya, Gatot (Adi Kurdi) dan Dewi (Ivanka Suwandi), yang berharap besar putri bungsunya tersebut telah mempunyai calon pendamping hidup. Guna meredam kegelisahan, Dinda menyewa bintang film teater idealis berjulukan Satrio (Reza Rahadian) untuk berpura-pura sebagai kekasihnya selama berkunjung ke Jogja dalam rangka ulang tahun akad nikah orang bau tanah Diana. Sederet planning yang telah dirancang rapi oleh Dinda seketika acak-acakan ketika maksud terselubung dari Gatot dan Dewi terbongkar. 

Menciptakan sebuah film komedi yang lucu atau film romantis yang elok menghanyutkan itu tidak gampang. Ketika kedua genre ini ditabrakkan, maka tingkat kesulitannya pun meningkat cukup signifikan sehingga tidak mengherankan jikalau banyak sineas – bahkan paling berpengalaman sekalipun – gagal memberi racikan sempurna. Pada dasarnya, selain memberi keseimbangan pada porsi ngelawak dan romantis, kunci terpenting (dan mutlak!) dimiliki untuk menciptakan film komedi romantis yang manis yakni chemistry besar lengan berkuasa antara dua pelakon utama. Kapan Kawin? yaitu satu dari segelintir film jenis ini dari perfilman Indonesia yang memenuhi persyaratan tersebut. Masih teringat terang bagaimana Adinia Wirasti dan Reza Rahadian memberi chemistry mencengkram dikala berperan sebagai sepasang kekasih di Jakarta Maghrib, sekarang mereka mengulanginya sekali lagi lewat Kapan Kawin?. Sungguh mengasyikkan melihat sosok Dinda dan Satrio berduaan, terutama dikala berantem kecil-kecilan, karena penonton berhasil diyakinkan dilihat dari cara mereka berinteraksi satu sama lain maupun memandang bahwa keduanya memang betul-betul pasangan yang ditakdirkan buat saling melengkapi satu sama lain. Keduanya ialah sosok nyata yang begitu kita pedulikan kebahagiaan perjalanan kisah cintanya. 

Ketika penonton berhasil dibentuk yakin sekaligus peduli terhadap pasangan tokoh utama, itu artinya Kapan Kawin? telah mengarah ke jalan yang benar. Dan memang, semenjak menit pembuka, film nyaris tak pernah menyentuh nada yang salah. Premis diusung boleh saja terkesan klise – bahkan beberapa mitra membandingkannya dengan The Proposal maupun Pretty Woman – mempergunakan template film komedi romantis kebanyakan, namun dalam perjalanannya, kekhawatiran bahwa Kapan Kawin? akan menjadi ‘another romantic comedy movie’ yang mudah dilupakan tak terbukti. Selain mempunyai chemistry mahir yang dibangun oleh dua pemain dengan kredibilitas tak perlu diragukan lagi, jalinan penceritaan dari film yang diracik oleh Monty Tiwa dan Robert Ronny bukan sekadar menempatkan pertanyaan paling menjengkelkan di dunia ini sebagai guyonan belaka melainkan mengupasnya lebih mendalam yang menghantarkan penonton pada sindiran-sindiran mengupas soal kesempurnaan palsu, stereotip masyarakat, dan budbahasa istiadat yang disadari atau tidak memainkan peranan sangat besar dalam mengatur kehidupan kita dengan merumuskan standar kebahagiaan yang harus dicapai. Tidak ketinggalan pula diselipkan sentilan terhadap industri perfilman Indonesia yang cenderung kurang manusiawi dan tidak ramah pada what-so-called idealisme. 

Walau membawa pokok kupasan serius, Ody C. Harahap tak lantas membawa Kapan Kawin? ke gelaran sarat akan dramatisasi berlebihan. Well, tidak mampu dihindari momen dramatis mengharu biru tetap membayangi, dan memang diharapkan buat hadir, yang difungsikan sebagai titik balik bagi perubahan sikap para tokoh-tokohnya. Namun untuk menghantarkan ke titik puncak yang mencampurkan sensasi haru dan romantis, Kapan Kawin? menyuguhkan gelaran adegan penuh kekocakan yang tiada henti-hentinya mengundang tawa renyah penonton dimulai dari perkenalan absurd Dinda dan Satrio melalui sosok Eva (Ellis Alisha) sampai persiapan ulang tahun akad nikah orang bau tanah Dinda. Jika kamu berpikir bahwa semua bab terbaik dari film telah dibocorkan oleh trailer yang sepertinya membeberkan berita kelewat banyak, jangan khawatir. Rupanya film masih memiliki segudang stok untuk mengencangkan pipimu alasannya adalah terlampau sering tertawa, termasuk adegan-adegan yang melibatkan bunyi serak Reza Rahadian (trust me, it’s freaking hilarious!). Dan memang, Kapan Kawin? tidak pernah berusaha terlalu serius dalam mengapungkan problematikanya dengan gulirannya dituturkan secara ringan penuh kejenakaan namun tetap terasa hangat, romantis, sekaligus mengena khususnya bagi siapapun yang telah mendapatkan pertanyaan “kapan kawin?”. Dibekali oleh skrip cerdas yang ditopang pula production value yang tertata manis dan performa keren dari jajaran pemainnya – sekaligus mengambarkan bahwa Reza Rahadian memang bisa menjadi apa saja! – Kapan Kawin? ialah salah satu film komedi romantis terbaik yang pernah ada di khasanah sinema Indonesia. Sebuah film yang sebaiknya tidak kau lewatkan begitu saja.

Outstanding



Post a Comment for "Review : Kapan Kawin?"