Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Guardians Of The Galaxy


“I am going to die surrounded by the biggest idiots in the galaxy.” - Gamora 

Walau sama-sama mengusung tim superhero sebagai peranan utamanya, Guardians of the Galaxy tidaklah setenar saudara seperguruannya di semesta Marvel semacam The Avengers maupun Fantastic Four. Hanya segelintir orang – kebanyakan adalah penggemar berat komik – yang tahu betul soal tim yang terdiri atas sekawanan kriminal berhati keras ini. Jika ada yang menarik minat penonton terhadap Guardians of the Galaxy, hampir mampu dipastikan itu dipicu oleh merk dari Marvel Studios yang telah begitu menjual setelah rangkaian film produksinya sukses menjerat hati penonton maupun kritikus. Maka dikala mereka merilis film baru dengan tokoh seekor rakun bermulut tajam dan sebuah pohon yang mampu berbicara berlatar luar angkasa, “siapa yang peduli, ini film Marvel!”. Itulah yang dianggap paling penting. Dan memang, sekalipun Guardians of the Galaxy masih terbilang asing bagi penonton awam, sekali lagi Marvel tak menciptakan penggemar yang memuja-mujanya kecewa. Ini ialah salah satu film terbaik dalam koleksi mereka. 

Selain mamalia hasil genetika berjulukan Rocket (Bradley Cooper) dan pohon yang hanya mampu mengucap “I am Groot” (Vin Diesel) – yang mana itu namanya – tim teraneh di seantero galaksi ini juga diramaikan oleh pencuri kelas teri asal Bumi, Quill atau Star-Lord (Chris Pratt), pembunuh mematikan yang insyaf, Gamora (Zoe Saldana), dan narapidana ganas, Drax the Destroyer (Dave Bautista). Kelimanya dipersatukan di sebuah penjara setelah mengejar-ngejar sebuah bola sakti misterius berkekuatan maha dahsyat yang ditemukan oleh Quill. Meski awalnya mempunyai maksud berbeda satu sama lain, Quill dan konco-konco barunya ini lantas memutuskan untuk bersatu padu saat menyadari bola sakti tersebut jatuh ke tangan Ronan (Lee Pace) dari Kerajaan Kree yang mengabdi kepada Thanos. Misi utama yang diemban oleh Thanos terang, memanfaatkan secara maksimal energi yang dipunyai oleh si bola sakti untuk menguasai galaksi dan membinasakan siapapun yang menghalangi jalannya. 

Tampak terperinci bahwa Guardians of the Galaxy tidak diberkahi skrip paling inovatif. Tuturan dongeng semacam ini telah berkali-kali kita jumpai di film sejenis, bahkan ada pula yang lebih baik. Kejutan-kejutan sebagai pelengkap untuk menahan perhatian penonton pun hanya sedikit saja dibubuhkan. Membuat banyak dari kita bertanya-tanya, lantas apa yang menciptakan Guardians of the Galaxy terasa begitu istimewa sehingga membuatnya layak disebut-sebut sebagai produk terbaik dari Marvel Studios setelah The Avengers yang gemilang itu? Eksekusi ahli dari James Gunn (Slither, Super) ialah kuncinya. Dia memberi kita rangkaian agresi bombastis yang disulam bersama kehangatan sisi dramanya yang sentimentil – utamanya di sebuah pembuka sekaligus klimaks mengharu biru yang akan membuat Anda kesulitan menghambat tetesan air mata – dan humornya yang sungguh lucu dengan beberapa diantaranya terasa ‘quotable’ dalam porsi berimbang tanpa pernah mencederai satu dengan lainnya. Dengan suntikkan iringan lagu-lagu klasik dari masa 70 dan 80’an (didendangkan dari mixtape milik Quill) yang melebur tepat ke dalam plot, menimbulkan Guardians of the Galaxy berlalu dalam menit demi menit yang mengasyikkan. 

Tapi lebih dari itu, kekuatan Guardians of the Galaxy dipegang oleh barisan tokohnya yang gampang sekali untuk dicintai. Sebagian besar dari kita mungkin gres mengenal Quill, Gamora, Dex, Rocket, dan Groot di film ini, namun gairah untuk mengenalnya lebih jauh pribadi mengemuka hanya beberapa saat setelah film dimulai. Interaksi penuh kegilaan yang menghibur dalam tim (yang sungguh sulit dipercaya bisa terwujud) yaitu salah satu poin terpenting mengapa Guardians of the Galaxy mencuri hati banyak orang. Chemistry antar tokoh terjalin meyakinkan dan para bintangnya pun tampak menikmati sekali tugas yang dibawakannya, khususnya Chris Pratt yang sebelum ini tidak memiliki kharisma untuk memimpin segerombolan supehero alasannya tubuh gembulnya. Sedangkan Bradley Cooper dan Vin Diesel – yang berulang kali hanya mengucap kalimat sama, “I am Groot” – sangat mencuri perhatian meski penampilan hanya sebatas pada isian suara. Rasa-rasanya, kalau ada gelaran survei tentang tokoh terfavorit di Guardians of the Galaxy, keduanya tiada akan kesulitan mendominasi posisi puncak. 

Note : Seperti biasa, ada post-credits scene yang diselipkan oleh Marvel di penghujung film. 

Outstanding

Post a Comment for "Review : Guardians Of The Galaxy"