Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Curse Of Chucky


"You wanna play, motherfucker? Let's play!" 

Semoga Anda belum lupa terhadap Chucky. Boneka menyeramkan berjiwa pembunuh berdarah dingin yang terakhir kali menyapa penggemarnya pada sepuluh tahun silam lewat Seed of Chucky, yang begitu konyol dan menghina habis-habisan wibawa si boneka, ini telah dibangunkan dari tidur panjangnya untuk kembali melancarkan kutukan-kutukan kepada para insan tanpa ampun melalui Curse of Chucky. Tidak seperti kedua instalmen sebelumnya, Bride of Chucky dan Seed of Chucky, yang banyak membubuhkan humor ke dalam penceritaan, jilid keenam dari rangkaian seri Child’s Play yang pertama kali memperkenalkan diri di tahun 1988 ini mencoba kembali ke akarnya sebagai upaya penebusan dosa dari salah satu kreator, Don Mancini, dengan menerapkan formula jilid awal yang cenderung menekankan pada teror, keseraman, serta kesadisan. Untuk itu, guyonan-guyonan tak penting direduksi sebanyak mungkin, digantikan oleh banjir darah dan anggota tubuh yang terlepas. 

Meski telah dua lima tahun melakukan perburuan, membantai sejumlah keluarga bernasib sial, Chucky (Brad Dourif) belum juga berniat ‘pensiun’... setidaknya tidak dalam waktu dekat. Korban terbaru yang menjadi incarannya yaitu keluarga Pierce – mendiami sebuah rumah renta seram jauh dari keramaian yang biasanya Anda jumpai di film-film horor – yang terdiri atas Sarah (Chantal Quesnel) dan putrinya yang berkursi roda, Nica (Fiona Dourif). Menyambangi keluarga ini melalui kiriman pos, tidak butuh waktu usang bagi Chucky untuk beraksi. Menghabisi Sarah di suatu malam, membuatnya tampak terlihat mirip bunuh diri di mata Nica. Menjelang pemakaman, kakak Nica, Barb (Danielle Bisutti), tiba melayat ditemani sang suami, putri semata wayangnya, seorang pengasuh anak, dan pendeta keluarga berjulukan Frank (A Martinez). Bereuni sejenak mengenang kala lalu, apa yang lalu terjadi tentu sudah mampu ditebak. Ya, Chucky kembali menebarkan mimpi jelek bagi Nica dan para tamu. 

Tidak saja mengalami perombakan dari sisi tuturan, Curse of Chucky pun menandai pertama kalinya franchise ini dirilis dalam format home video secara eksklusif tanpa pernah ditayangkan di bioskop. Keputusan Universal ini lantas mengundang pertanyaan, “apakah seri ini seburuk itu sehingga dirasa tidak layak mendapat perlakuan ‘theatrical release’?”. Kembalinya Don Mancini di kursi penyutradaraan sehabis mengobrak-abrik jilid sebelumnya semakin menegaskan skeptisisme di kalangan penggemar – meski, yah, seburuk apapun seri dalam franchise ini tetaplah asyik disimak. Mencoba melahap tanpa terlampau banyak berekspektasi, tanpa disangka, Curse of Chucky sama sekali tidak jelek mirip yang diperkirakan. Malahan, ini yakni salah satu seri terbaik bersanding dengan seri pembuka dan Bride of Chucky. Tampak terang Mancini (yang juga menulis skrip sejak film pertama) telah menyadari tindakannya yang kelewatan dan membawa franchise ini ke arah bergotong-royong. 

Memang, tidak banyak pembaruan yang mampu Anda temukan dari sisi penceritaan – kecuali twist ending yang terbilang cukup mengejutkan itu. Tetapi, hey, kita menyaksikan Curse of Chucky bukan untuk mencari dongeng, bukan? Jika tujuan awal yaitu memeroleh hiburan lewat tebaran adegan mencekam, film berhasil memenuhinya. Usai pembuka berdarah, Mancini tidak lantas tancap gas, membabi buta menghabisi siapapun yang berseliweran di layar. Tidak. Setahap demi setahap, memperkenalkan beberapa tokoh di dalam film serta memberi mereka sedikit latar belakang. Di sela-sela itu, teror dibangun perlahan lewat beberapa adegan yang akan membuat penonton harap-harap cemas. Ketidaknyamanan turut terbantu berkat suasana rumah Nica yang senantiasa suram, gelap, dan misterius. Ketika ikatan penonton bersama beberapa tokoh dirasa telah terbentuk, maka saat itulah ‘hari penghakiman’ dimulai. Tensi ketegangan dinaikkan, laju dipercepat, dan tubuh-badan pun bergelimpangan disertai banjir darah dimana-mana. Tawa penonton yang biasanya muncul di beberapa seri terakhir ketika korban berjatuhan dipaksa bolos saking sadis (pula mengerikan) beberapa cara pembunuhan dan sebaliknya, giliran Chucky tergelak-gelak dengan tawa khasnya yang mengerikan.

Acceptable


Post a Comment for "Review : Curse Of Chucky"