Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

20 Film Terbaik 2014 Versi Cinetariz


Phew. Akhirnya tuntas sudah menyusun daftar ’20 Film Terbaik 2014 Versi Cinetariz’. Setelah sempat vakum sejenak tahun lalu alasannya adalah kesibukan dan lain sebagainya, Cinetariz menetapkan kembali menghadirkan susunan film-film terbaik dalam setahun terakhir atas permintaan sejumlah pengunjung setia (ehem!) sekaligus alasannya adalah ya, kerinduan mengolah list tahunan semacam ini. Ada semacam candu yang menghinggapi walau selalu ada tekanan disana-sini saat menatanya lantaran mau tak mau banyak film bagus – bagi aku, tentunya – yang terpaksa tersisihkan berdasarkan berbagai macam pertimbangan. 

Sekilas, tahun 2014 bukanlah tahun yang meninggalkan kesan mendalam dalam kaitannya dengan film. Hanya segelintir film yang menonjol, sementara kebanyakan film unggulan malah terperosok jatuh ke jurang. Seharusnya membuat daftar film terbaik 2014 adalah perkara mudah... tapi kenyataannya tidak! Selain peta film-film berkualitas di atas rata-rata cenderung tersebar merata, terdapat pula kejutan-kejutan cantik dari film kecil yang tanpa dinyana-nyana memberi dampak besar sehingga persaingan pun kian ketat. Lantas, apa pertimbangan utama mengapa film A lolos seleksi dan mengapa film B tidak? 

Well, pada risikonya ini kembali pada selera. Akan sangat sulit menentukan kalau landasan penilaiannya yaitu film tersebut dikaruniai elemen-elemen terbaik atau harus dicintai penonton kebanyakan. Pada dasarnya, daftar ini tidak lebih dari sekadar 20 film paling membekas di hati (sekaligus menawarkan efek mendalam secara emosional) dalam setahun terakhir dan saya rekomendasikan untuk kamu tonton. Sebisa mungkin berasal dari beragam genre, walau tak bisa dihindari akan ada dominasi genre tertentu yang memang aku gemari secara personal. Kamu boleh setuju atau menolak, tapi ya, bagaimanapun ini ialah daftar personal dari catatan menonton lebih dari 200 film sepanjang 2014. 

Tanpa perlu berpanjang lebar lagi, inilah 20 film terbaik (serta beberapa honorable mentions) di tahun 2014 versi Cinetariz: 

Honorable Mentions (in alphabetical order): 

• The Babadook (Australia)


• Begin Again (Amerika Serikat)


• The Grand Budapest Hotel (Amerika Serikat – Inggris – Jerman) 



• How to Train Your Dragon 2 (Amerika Serikat)


• John Wick (Amerika Serikat) 


• Snow White Murder Case (Jepang)


• Teacher’s Diary (Thailand)


• What We Do in the Shadows (Selandia Baru)


• X-Men: Days of Future Past (Amerika Serikat)


• Yasmine (Brunei)


Mari memulai hitung mundur di 20 besar... 

#20 
Housebound (Selandia Baru)


Sepertinya tidak ada lagi yang mampu dieksplorasi dari ranah haunted house di film memedi... sampai kita melihat Housebound. Seolah akan tampil klise, pada awalnya, namun begitu ahli dalam membangun atmosfir ngeri dengan banyak sekali ketidaknyamanannya dan banyak dibumbui humor yang bagusnya tidak menurunkan kadar keseraman. Tanpa diduga, Housebound lantas membelokkan kemudi menginjak pertengahan film. Tingkat seramnya memang perlahan memudar, tapi tidak dengan ketegangannya. 

#19 
The Tale of Princess Kaguya (Jepang)


Dongeng seorang putri dari kerajaan bulan yang ‘terlahir’ di pelepah bambu memang telah kelewat sering diceritakan ulang melalui aneka macam versi. Akan tetapi, di bawah penanganan Isao Takahata yang dinauingi oleh Ghibli, folklore populer Putri Kaguya ini memancarkan pesonanya sendiri di balik kesederhanaan teknik animasinya bak diguratkan menggunakan kuas cat air. The Tale of Princess Kaguya sama rupawannya dengan sang putri. 

#18
Way Back Home (Korea Selatan)


Harus diakui bahwa Korea Selatan memang ahlinya dalam membuat tontonan tearjerker. Lihatlah apa yang mereka lakukan di Way Back Home yang tuturannya dicuplik berdasarkan kisah kasatmata seorang ibu rumah tangga yang dipenjara alasannya dituduh menyelundupkan obat-obatan terlarang ini. Selama kau masih memiliki hati dan kekerabatan bersahabat dengan keluarga, Way Back Home akan membuatmu kesulitan setengah mati membendung tumpahan air mata. Benar-benar ‘horor’. 

#17
Philomena (Inggris)


Nyaris tidak ada yang mengenali Philomena Lee bahkan mungkin enggan peduli, hingga kita menyaksikan dongeng hidupnya yang dramatis di Philomena. Seperti halnya kehidupan di dunia faktual, Philomena tidak dihantarkan secara lurus, mulus, dan mudah ditebak, melainkan dipenuhi kelokan serta kejutan yang tidak disangka-sangka datangnya. Memberi cecapan beragam rasa yang terkadang anggun, terkadang pahit. Philomena mempunyai salah satu titik puncak menyesakkan dada yang sangat sulit untuk dilupakan. 

#16 
Fury (Amerika Serikat)


Fury adalah salah satu film perang terbaik yang pernah dihasilkan oleh sineas manapun paska kegemilangan Saving Private Ryan. Corak khas David Ayer yang enggan berkompromi dengan kekerasan dan kesukaannya memperhatikan detail diterapkannya pula di sini sehingga aroma teror dari medan pertempuran semerbak terasa. Kamu akan mencicipi nuansa yang jauh dari kata menyenangkan, cuek, suram, mengerikan, serta menyedihkan saat Ayer mengajakmu untuk mengikuti perjalanan para protagonis menelusuri zona perang. 

#15
Guardians of the Galaxy (Amerika Serikat)


Saat Marvel Studios meluncurkan Avengers di layar lebar, kita menduga inilah puncak kejayaan mereka dan sulit membayangkan akan ada film superhero lain yang mampu melampauinya... hingga Guardians of the Galaxy tiba dan membuktikan pada khalayak ramai bahwa masih banyak hal yang mampu dilakukan oleh Marvel. Siapa yang menerka tembang-tembang 60 dan 70’an bisa menjadi pengiring yang tepat untuk sepak terjang barisan superhero kurang dikenal yang kocak-kocak ini?

#14
Nightcrawler (Amerika Serikat)


Salah satu kesalahan terbesar Oscars tahun ini ialah menyingkirkan Jake Gyllenhaal yang memberi penampilan mencengangkan di Nightcrawler dari gugusan nominasi. Berduet bersama Rene Russo yang sama gilanya, keduanya memberi topangan tepat bagi premis unik yang dieksekusi secara efektif oleh Dan Gilroy dalam menyingkap sisi kelam manusia serta kebiadaban media yang masing-masing diperbudak oleh uang dan rating. Nightcrawler memperlihatkan studi abjad mendalam, mengasyikkan nan menegangkan yang akan membuatmu terpaku sepanjang film. 

#13 
The Raid 2: Berandal (Indonesia)


The Raid 2: Berandal menawarkan bagaimana sebuah sekuel seharusnya dibentuk. Seluruh elemen terbaik yang dimiliki oleh seri pembukanya dihadirkan kembali untuk kemudian ditambah elemen gres yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Beragam bentuk bela diri dalam bentuk hantaman, pukulan, tendangan, hingga tusukan yang berlangsung dimanapun kapanpun tentu ada di sini yang kesemuanya dirangkai memakai koreografi rumit yang membutuhkan presisi, tangkapan kamera yang dinamis, editing yang cekatan, dan alunan musik skoring yang menghentak, sehingga dikala menyaksikannya... sungguh sulit untuk bernafas! 

#12 
PK (India)


Dalam menyuarakan sentilan-sentilunnya yang begerak dalam area sensitif, PK cenderung memanfaatkan teknik bercerita yang sederhana, ringan, kocak, dan menyentuh sehingga kesan menceramahi yang memungkinkan melukai hati penonton dapat terhindarkan. Kita tidak diajak untuk mengutuk melainkan sekadar menertawakan kekonyolan-kekonyolan yang diperbuat oleh insan, bahkan diri sendiri. Karena pada kesudahannya PK hanya ingin mengajakmu bersenang-senang hanya saja lewat cara yang berbeda, thought-provoking dan inspiring

#11 
Her (Amerika Serikat)


Mengingat sang tokoh utama dibentuk mabuk kepayang pada sebuah OS (Operating System), terang Her bukanlah film percintaan yang biasa-biasa saja. Ini sebuah hidangan yang begitu unik dan istimewa. Bahkan, kamu akan mendapati berbagai macam rasa yang tertinggal usai menyaksikan Her. Tidak hanya sekadar menyisakan rasa elok, tetapi juga ada percampuran antara kehangatan, kebahagiaan yang tiada terkira, sampai getir yang menyayat hati. 

#10
Boyhood (Amerika Serikat)


Tidak ada adegan bombastis, dramatis, tragis, atau apapun yang bersifat meletup-letup di Boyhood. Sepintas memang terasa sunyi dan hambar, namun kepiawaian Richard Linklater dalam menangkap setiap momen terbaik yang berlangsung selama 12 tahun secara efektif maupun konsisten dengan guliran cerita begitu personal yang membuat kedekatan pada para penontonnya dan akting prima para pemainnya adalah nyawa bagi Boyhood. Membutuhkan lebih dari sekadar keberanian, kesungguhan, dan kecermatan, untuk merangkai sebuah film dengan kurun syuting 12 tahun. 

#9 
Serial (Bad) Weddings (Prancis)


Bagaimana akhirnya dikala pasangan renta penganut Kristen taat harus menerima kenyataan bahwa keempat menantunya berasal dari ras dan agama yang berbeda-beda? Imagine that. Dengan satu sama lain mementingkan ego masing-masing, maka ya, kekacauan tanpa henti penuh taburan tawa yang akan membuatmu tergelak-gelak pun menghiasi sepanjang durasi Serial (Bad) Weddings. Guyonannya rasis banget sih, tapi bukankah pada dasarnya setiap orang memendam jiwa rasis? 

#8 
Coherence (Amerika Serikat)


Semakin sedikit kau mengetahui soal Coherence, semakin berlipat-lipat kadar keasyikkan yang mampu didapat ketika menontonnya. Seperti halnya kedelapan huruf di film, ada sensasi takut, cemas, gundah, dan ingin tau yang bercampur baur menjadi satu tatkala secara serempak listrik tiba-tiba padam. Tidak perlu gelontoran bujet raksasa dengan imbas khusus canggih untuk mewujudkan guliran menegangkan ini, hanya butuh skrip cerdas dan jajaran pemain yang berlakon meyakinkan. 

#7 
Big Hero 6 (Amerika Serikat)


Big Hero 6 mempunyai formula yang dibutuhkan ada pada sebuah film superhero. Sebut saja yang kau inginkan: agresi gegap gempita? Check! Guyonan segar pencair ketegangan? Check! Drama mengharu biru penguras emosi? Check! Villain yang tangguh? Check! Tokoh utama yang gampang untuk dicintai? Check! Dan karena ini film keluarga, pesan moral yang bagus untuk bawah umur? Check! Big Hero 6 betul-betul tidak kekurangan amunisi untuk menjadikannya sebagai sajian keluarga bercita rasa hiburan yang yummy menggoyang pengecap. Keberadaan robot gendut berjulukan Baymax yang imut-imut menggemaskan saja sudah cukup untuk dijadikan sebagai alasan untuk tak melewatkan Big Hero 6

#6 
Edge of Tomorrow (Amerika Serikat)


Menyaksikan Tom Cruise berlaga sebagai satria tak terkalahkan sih sudah biasa. Yang istimewa, saat beliau memerankan seorang pengecut yang dipaksa memerangi pasukan alien... dan beliau dapat mati berkali-kali. Bukankah terdengar begitu menjual? Lalu, kesemua itu lantas berpadu cantik bersama penampilan humoris Cruise, Emily Blunt yang badass, adegan pertempuran ganas, dan rakitan dongeng yang terolah cerdik, yang mengakibatkan Edge of Tomorrow sebagai tontonan blockbuster paling mengejutkan sekaligus memuaskan tahun kemudian. So much fun! 

#5 
The Journey (Malaysia)


Hubungan antara orang renta dan anak selalu memilikii pokok kupasan yang menarik untuk disimak. Tambahkan itu dengan keberadaan calon menantu yang berusaha mengikuti keadaan dalam kultur yang sama sekali berbeda maka karenanya adalah tontonan sederhana, lucu, manis, sekaligus hangat berwujud The Journey yang akan seketika membuatmu ingin memberi pelukan dekat-erat pada ayah. Inilah film perjalanan sebar-sebar undangan akad nikah paling menyenangkan sejak Hari Untuk Amanda

#4 
The Secret Life of Walter Mitty (Amerika Serikat)


Walter Mitty mewakili siapapun yang mempunyai banyak mimpi-mimpi besar, namun hanya mempunyai sedikit keberanian untuk mewujudkan. Adanya kedekatan secara personal terhadap Walter Mitty inilah menciptakan banyak penonton mudah terkoneksi dengannya, menaruh simpati, dan memberi sumbangan ikhlas. Ben Stiller yang menyelipkan banyak sekali hati dan kehangatan untuk sekali ini tetap tidak lupa menunjukkan humor aneh-gilaan yang menjadi ciri khasnya dan petualangan fantastis penuh kejutan mengasyikkan di The Secret Life of Walter Mitty

#3 
Gone Girl (Amerika Serikat)


Hanya sesaat sehabis menetapkan untuk melahap Gone Girl, sulit rasanya memalingkan pandangan dari layar maupun memutuskan rehat sejenak di pertengahan film sebab guliran kisahnya yang begitu mencengkram bersahabat. Garapan David Fincher ini tak saja memberikan ranah drama kriminal mencekam yang senantiasa membuatmu gemas menduga-nerka ‘apa yang akan terjadi kemudian’ dengan segala misteri yang mengerubunginya, melainkan juga mengapungkan satir sosial soal permainan media dan kehidupan ijab kabul pasangan modern disertai performa sinting (pula angker) yang dipersembahkan oleh Rosamund Pike. 

#2 
Queen (India)


Dengan premis ‘seorang gadis dari keluarga konservatif mencari pelipur lara di Paris dan Amsterdam usai dicampakkan sang tunangan’, gampang bagi kita menyepelekan Queen. Mungkinkah ini soal pencarian cinta lengkap beserta tari-tarian khas Bollywood? Kenyataannya, ketimbang berbincang mengenai roman picisan, Queen justru tanpa basa-kedaluwarsa menyentil budpekerti watak di India yang dianggap mengekang wanita dan shock culture lewat balutan cerita perjalanan yang seru, penuh semangat, serta informatif, berbalut dialog-obrolan jenaka penuh kejujuran yang akan memberimu perasaan senang seusai menontonnya. 

#1 
Stand By Me Doraemon (Jepang)


Sebagai pemuja klasik manga dan serial anime dari robot kucing berwarna biru, Stand By Doraemon yaitu kado yang keberadaannya sungguh sulit ditolak. Mengapungkan kembali memori-memori indah yang sudah terjalin menahun bersama Doraemon dan konco-konco. Teramat terang, Takashi Yamazaki dan Ryuichi Yagi betul-betul mengetahui bagaimana seharusnya mempresentasikan tokoh ikonik ini kepada para penggemar beratnya. Bahkan, tanpa harus menjadi pemuja Doraemon sekalipun, penonton manapun yang telah melalui masa kanak-kanak, mampu jadi akan gampang mencintainya. Rangkaian dongeng-dongeng terbaik dari Doraemon dirajut oleh duo sutradara secara sempurna dengan mempertemukan kehangatan, kekocakan, serta keseruan yang dilengkapi muatan pesan susila perihal persahabatan, mimpi, dan mempercayai diri sendiri. Jika kamu menetapkan untuk menontonnya, jangan lupa membawa tissue!

Cek juga: 14 film Indonesia terbaik 2014 versi Cinetariz.


Post a Comment for "20 Film Terbaik 2014 Versi Cinetariz"