Review : Mantan
“Pernah nggak kamu kepikiran, orang yang deket sama kamu itu jodoh yang dikasih Tuhan apa nggak?”
Setiap mantan kekasih pastinya menggoreskan dongeng dan pengalaman berbeda-beda untuk dikenang. Ada yang menyenangkan, memilukan, menjengkelkan, sampai biasa-biasa saja. Tatkala kenangan jelek lebih sering menghinggapi selama menjalin tali asmara, umumnya korelasi berakhir secara tidak baik yang berdampak pada cita-cita untuk tidak lagi saling berkomunikasi demi menghempaskan memori-memori buruk. Kurang lebih, mirip diutarakan Geisha dalam tembang “Lumpuhkan Ingatanku”. Akan tetapi, pernahkah terlintas di pikiran bahwa jalan terbaik untuk berdamai dengan periode lalu agar dapat melanjutkan hidup tanpa ada beban di hati adalah memaafkan alih-alih melupakan? Gandhi Fernando (The Right One, Midnight Show) agaknya mempunyai pemikiran senada sebab seperti apa yang dituangkannya dalam film terbaru keluaran Renee Pictures, Mantan, yang menampilkannya sebagai pelakon sekaligus penulis skrip, mantan tidak semestinya dihempas begitu saja dari ingatan terlebih bila menyisakan duduk perkara belum terselesaikan di era lampau. Semestinya kita bersilaturahmi dengan mantan, kemudian mengajaknya untuk berkonsiliasi. Siapa tahu soulmate yang bahwasanya untuk kita ada diantara mereka. Dalam? Ya. Tapi terperinci tidak mudah untuk dilakukan.
Dalam Mantan, Gandhi Fernando memerankan Adi, seorang kolumnis majalah percintaan, yang mengunjungi kelima mantan kekasihnya di beberapa kota demi memastikan bahwa tunangannya memang benar-benar tambatan hatinya sebelum mereka mengikat komitmen pernikahan secara resmi. Mantan pertama yang dikunjunginya yakni Ella (Ayudia Bing Slamet) di Bandung. Keduanya menjalin hubungan semasa masih duduk di dingklik SMA dan perpisahan diantara mereka berlangsung jauh dari kata mengenakkan. Mengingat ada duduk perkara di kurun lalu, reuni dengan Ella yang sekarang telah berumah tangga pun tidak berlangsung mulus. Mencuat pertikaian diantara mereka terlebih dikala terungkap fakta dibalik alasan Adi dan Ella berpisah. Selepas permulaan yang jelek, Adi bertolak ke Jogja guna menemui mantan kedua, Frida (Karina Nadila). Ketimbang Ella, Frida lebih bisa mendapatkan kehadiran Adi sekalipun argumentasi andal tetap tak terelakkan. Dari Jogja, Adi meluncur ke Bali untuk melepas rindu bersama Juliana (Kimberly Ryder) kemudian berlanjut menjumpai mantannya yang dulu beprofesi sebagai penyanyi, Tara (Luna Maya), di Medan. Perjalanan Adi yang melelahkan untuk menemui para mantan ini mencapai ujungnya di Deedee (Citra Scholastika) yang bermukim di Jakarta.
Harus diakui, Mantan bergotong-royong mempunyai premis menggelitik, menjual, sekaligus accessible bagi penonton kebanyakan terlebih jikalau memiliki pengalaman menarik dengan mantan kekasih di abad kemudian. Hanya saja, entah dilandasi oleh keterbatasan bujet atau murni pilihan kreatifitas si pembuat film, Mantan mengambil pendekatan penceritaan yang mampu dikata tidak umum bagi penonton awam walau metodenya sendiri telah diaplikasikan beberapa kali di sinema dunia dan sedikit banyak mengingatkan pada film perdana Renee Pictures, The Right One. Setidaknya ada dua hal yang perlu diketahui soal Mantan. Pertama, jalinan pengisahan dalam film digerakkan hampir sepenuhnya oleh dialog, dan kedua, sebagian besar durasi dihabiskan di kamar hotel yang menjadi daerah pertemuan antara Adi dengan mantan-mantannya. Sedari mantan pertama, penonton telah diboyong memasuki kamar hotel dan menyaksikan argumentasi antar dua manusia yang mengungkit-ungkit masa lalu. Siklusnya terus berulang sampai mencapai mantan keempat. Svetlana Dea selaku sutradara beserta Gandhi Fernando lantas sedikit membelokkannya begitu sampai di Deedee lantaran sang mantan tidak menyimpan sedih lara dan Adi telah mempelajari kesalahan-kesalahannya dari keempat mantan yang ditemuinya terlebih dahulu. Melalui mantan-mantannya tersebut pula, penonton mempelajari karakteristik dari si tokoh utama.
Menyimak tabrak verbal di hampir sepanjang durasi memang terdengar melelahkan apalagi sang sutradara masih terlihat kagok dalam mengeksekusi adegan yang menimbulkan intensitas tak menentu. Namun yang membuat setiap pertemuan yang umumnya berlanjut ke pertengkaran ganas dalam film terasa lezat untuk diikuti serta ada kalanya terasa menghibur yaitu dialog-dialog renyah sarat humor kreasi Gandhi dan performa memikat dari barisan pelakonnya. Beruntung bagi Mantan mampu merekrut Ayudia Bing Slamet, Kimberly Ryder, dan Luna Maya untuk bergabung ke dalam departemen akting karena film memperlihatkan kekuatannya dikala berada di segmen Ella, Juliana, serta Tara. Penonton mampu merasakan adanya kemarahan mendidih dalam sosok Ella melalui intonasi, gestur, dan air muka yang diperagakan secara tepat target oleh Ayudia, lalu Luna Maya dengan karisma seorang perempuan mapan yang memancar membuat kita mampu memahami mengapa Adi klepek-klepek kepada Tara, dan Kimberly Ryder yang menawarkan performa amat luwes dan terbaik dalam karir berlakonnya (serius, beliau semestinya mampu lebih besar dari sekarang!) mempersembahkan pertikaian paling mempunyai intensitas dalam film yang dipicu oleh kompleksitas dari abjad Juliana. Tidak mirip keempat mantan lainnya yang memberikan posisinya secara gamblang, Juliana memperlihatkan ambiguitas yang lantas membentuk satu kecurigaan: jangan-jangan, bekerjsama dia masih menyimpan rasa kepada Adi?
Note : Ada mid-credits scene di sela-sela bergulirnya credit title yang layak dinanti. Jangan buru-buru beranjak.
Acceptable (3/5)
Post a Comment for "Review : Mantan"