Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Hit & Run (2019)


"Ini bukan fatamorgana. Ini realita yang terpampang faktual.”

Selepas kesuksesan The Raid (2011), trio Iko Uwais-Joe Taslim-Yayan Ruhian kebanjiran anjuran ‘manggung’ di serpihan dunia lain. Sesekali ketiganya berlaga di film Indonesia, tapi belum kesampaian juga untuk dipertemukan lagi dalam formasi lengkap. Terkadang hanya Iko dengan Joe, terkadang cuma Yayan dengan Iko, dan lebih sering berjalan sendiri-sendiri. Melalui Hit & Run, Ody C. Harahap (Sweet 20, Orang Kaya Baru) mencoba memenuhi usul para penggemar meski salah satu dari ketiganya adalah Iko (menggunakan bendera Uwais Team) hanya bertindak di rahasia sebagai penata adu. Menggoda? Jelas. Terlebih sudah cukup usang aku menantikan pertandingan ulang yang lebih greget antara Joe dengan Yayan. Tapi berbeda halnya dengan film yang membesarkan nama dua pelakon tersebut, Hit & Run tak sepenuhnya menjejakkan diri di ranah tubruk. Ada perpaduan bersama genre komedi yang akan sedikit banyak melontarkan ingatanmu ke sejumlah film bertipe sama dari Hong Kong yang dibintangi oleh Jackie Chan (Police Story) atau Stephen Chow (Fight Back to School). Sebuah perbandingan yang sulit untuk dihindari karena film mengaplikasikan pendekatan senada serta mengandalkan narasinya kurang lebih serupa yang menempatkan seorang polisi dalam misi meringkus gembong kriminal berbahaya. Dalam konteks film ini, polisi bersangkutan dibintangi oleh Joe Taslim dengan gaya yang tergolong lain dari biasanya.

Ya, Tegar Saputra bukanlah tipe polisi yang cool dan berwibawa seperti kerap dimainkan oleh Joe. Sebaliknya, beliau digambarkan sebagai polisi yang narsis, congkak, sekaligus mempunyai ego besar. Maklum, selain berprofesi sebagai penegak hukum, dia juga didapuk menjadi presenter untuk sebuah acara televisi berformat reality show yang menyoroti sepak terjang pihak kepolisian dalam menegakkan keadilan. Alhasil, wajahnya dikenali oleh banyak pihak, begitu pula dengan sosoknya yang digandrungi oleh penggemar acaranya. Meski eksis di depan kamera yang setia mengikuti setiap aksinya, Tegar sendiri tergolong polisi yang berprestasi. Bahkan ia diberi dogma oleh atasannya untuk memeriksa perkara menghilangnya gembong narkoba kelas kakap, Coki (Yayan Ruhian), dari sel tahanannya. Guna menerima petunjuk mengenai eksistensi Coki, Tegar pun mau tak mau kudu rela dipasangkan dengan seorang penipu bermulut besar yang konon mengetahui sekelumit jejak rekam sang buronan, Lio (Chandra Liow). Ditengah perburuan yang ternyata tidak berlangsung gampang mirip dibayangkan, Tegar turut mendapatkan kehadiran personil lain seperti penyanyi dangdut bergaya kenes, Meisa (Tatjana Saphira), dan cowok yang tergila-abnormal dengan kekasihnya, Jefri (Jefri Nichol), yang menyumbangkan sejumlah gosip berharga terkait bisnis yang tengah dijalankan oleh Coki berikut target yang diincar oleh komplotannya.


Apabila hanya ada satu kata yang bisa dipergunakan untuk mendeskripsikan Hit & Run, maka itu ialah FUN. Ody mengondisikan film untuk senantiasa tancap gas sedari menit pembuka hingga tutup durasi di menit ke-114 demi menjaga kesenangan yang dipunyainya. Trik ini terbukti berhasil dalam menghindarkan penonton dari kantuk meski tentu saja perjalanan tidak sepenuhnya berlangsung nyaman. Ketidaknyamanan mencuat melalui transisi adegan yang acapkali berlangsung janggal khususnya ketika film mencoba untuk membelokkan kemudinya ke area bernada sentimental. Dalam catatan saya, salah satu adegan yang semestinya bisa diperlakukan dengan lebih baik (atau dipangkas cukup banyak) yakni saat Tegar berduet bersama Meisa membawakan tembang “Aku dan Dirimu” diiringi dentingan piano. Terlampau panjang sementara penonton sejatinya telah memperoleh esensi dari adegan ini sekalipun ditampilkan hanya beberapa detik. Hal yang sama berlaku pula di adegan pertemuan Tegar dengan ibunda Lio maupun konklusi dari subplot yang melibatkan adik Tegar, Mila (Nadya Arina). Dalam kaitannya meminta simpati penonton, Hit & Run memang mengalami kendala. Laju pengisahan pun ikut tergagap-gagap begitu film beralih ke mode drama. Tak bisa dipungkiri, Hit & Run menawarkan kekuatannya saat menjejakkan kaki di ranah komedi tubruk yang memang menjadi aset utamanya. Komedinya efektif memancing gelak tawa, laganya ampuh pula dalam memacu adrenalin.

Hit & Run yakni tontonan bertipe eskapisme yang mengandalkan kerecehan humor beserta kehebohan sabung guna melepaskan penat penonton. Apabila kamu bisa menerima gaya bercerita, katakanlah Fight Back to School, kemungkinanmu untuk bisa menolerir film ini terbilang besar. Tentu saja tidak semua humor tersalurkan secara mulus mirip Chandra Liow yang terkadang kebablasan hingga berada di level menyebalkan (walau saya menyukai adegan karaoke di mobil!) dan beberapa momen laganya terkesan repetitif. Tapi untungnya, sebagian besar diantaranya masih bekerja dengan baik sehingga gelak tawa tetap terdengar dan antusiasme dalam mengikuti film tetap terjaga. Selain karaoke, beberapa momen lain yang menggoreskan kesan selama menonton antara lain penyanderaan di minimarket, kejar-kejaran di jalan raya memakai truk, perjumpaan pertama dengan Jefri, hingga pertarungan klimaks yang ternyata oh ternyata… cukup brutal euy! Kesanggupan film dalam memberi penghiburan ini tidak lepas dari pengarahan renyah Ody, penyuntingan lincah Aline Jusria, pergerakan kamera dinamis Padri Nadeak, serta performa jajaran pemain yang kocak nan kalem. Kredit khusus saya sematkan untuk Joe Taslim yang tampil ngocol, Tatjana Saphira yang menjumput manja aura kedivaan Princess Syahrini, dan Jefri Nichol yang menjajal peran tak biasa dengan menghempas jauh-jauh kesan bad boy. Saking berkesannya tugas Jefri di sini, aku sampai berandai-andai, “coba ia bertukar tempat dengan Chandra dan porsi tampilnya lebih banyak. Mungkin lebih sip.”


Disamping tiga nama ini, saya juga tak mampu melupakan begitu saja tugas Peter Taslim (abang kandung Joe) sebagai antek Coki yang beringas. Tak ada kata-kata melukai hati yang meluncur dari mulutnya, hanya ada pukulan dan tendangan mematikan yang menciptakan pertarungan puncak di Hit & Run terasa begitu meriah untuk disimak. Apalagi, Kang Yayan ikut berpartisipasi dalam pertarungan yang memberi penghormatan kepada The Raid ini. Seru!

Exceeds Expectations (3,5/5)  

Post a Comment for "Review : Hit & Run (2019)"