Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Danur 2: Maddah


“Apa yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada.” 

Pada kuartal pertama tahun kemudian, Danur yang diadaptasi dari buku bertajuk sama rekaan Risa Sarasvati dilepas ke jaringan-jaringan bioskop tanah air. Guliran dongeng yang didasarkan pada pengalaman faktual Risa periode bersentuhan dengan dunia gaib tersebut, nyatanya berhasil mengumpulkan 2,7 juta penonton sekaligus membangkitkan kembali tren film horror di perfilman Indonesia. Tidak mengherankan bahwasanya mengingat materi sumbernya laku elok di pasaran, pelakon utamanya yaitu Prilly Latuconsina yang telah membentuk basis penggemar cukup besar, dan film kode Awi Suryadi ini sendiri tergolong memiliki teknis penggarapan cukup baik. Satu hal yang lantas menciptakan aku terganggu sehingga Danur tidak pernah benar-benar meninggalkan kesan mendalam yaitu trik menakut-nakutinya yang kelewat receh. Penggunaan skoring musik dan kemunculan si hantu terasa serampangan yang justru bikin sebal alih-alih ketakutan. Pokoknya penonton kaget, maka sudah akhir perkara (duh!). Gagal memperoleh pengalaman menonton sesuai pengharapan inilah yang lantas menciptakan saya kurang bersemangat untuk menonton jilid keduanya yang bertajuk Danur 2: Maddah. Namun rasa ingin tau yang telah meredup itu perlahan mulai bangkit usai menengok materi promosinya (baca: trailer) yang tampak menjanjikan sampai-hingga satu pertanyaan pun terbentuk: apa mungkin si pembuat film telah berguru dari kesalahan sehingga sekuelnya ini bisa tersaji lebih baik? 

Dalam Danur 2: Maddah, teror yang dialami oleh Risa (Prilly Latuconsina) tidak lagi berlangsung di rumah sang nenek yang kini dikisahkan telah berpulang ke Yang Maha Satu. Kali ini, Risa mencium wangi danur tatkala bertandang ke rumah Tante Tina (Sophia Latjuba) dan Om Ahmad (Bucek) yang dikisahkan gres saja pindah ke Bandung. Semenjak kedua orang tuanya dinas ke luar negeri, Risa beserta adiknya, Riri (Sandrinna Michelle Skornicki), memang kerap mampir ke rumah kerabat mereka ini demi membunuh sepi. Yaaa, sekalian hitung-hitung menjaga tali silaturahmi. Namun ketenangan Risa mulai terusik tatkala sepupunya, Angki (Shawn Adrian), menaruh kecurigaan ada sesuatu yang tidak beres di rumah mereka apalagi ayahnya mulai bertingkah tidak masuk akal termasuk menanam bunga sedap malam di pekarangan rumah. Risa bisa merasakan itu, tapi anehnya, ia tidak bisa melihat apapun. Justru beliau melihat Om Ahmad pergi berduaan bersama wanita lain. Siapa dia? Apa ia ada keterkaitannya dengan semua keanehan yang terjadi di rumah? Benarkah Om Ahmad menduakan? Demi mengetahui kebenaran di baliknya, Risa pun mulai mengorek gosip mengenai si wanita misterius ini. Akan tetapi upayanya untuk menerima isu senantiasa mengalami hambatan alasannya adalah sebuah kekuatan jahat yang entah darimana asalnya tiba-tiba memancar besar lengan berkuasa di rumah kerabatnya ini dan tidak segan-segan melukai para penghuni rumah.


Menjawab pertanyaan yang tertinggal di penghujung paragraf pertama, saya bisa menyampaikan bahwa Danur 2: Maddah adalah sebuah sekuel yang baik. Tidak ada tipu-tipu dalam materi promosinya. Dibandingkan dengan instalmen pertama yang terbilang berisik namun hampa, seri kedua ini memiliki daya cekam yang lebih berpengaruh. Kentara terlihat, si pembuat film telah mempelajari kesalahan-kesalahan apa saja yang telah mereka perbuat dari film terdahulu dan berusaha untuk memperbaikinya di sini. Ucapkan selamat tinggal kepada iringan musik yang memekakkan indera pendengaran serta hantu bencong tampil yang tiap beberapa detik sekali memberi ‘cilukba’ kepada penonton. Sekali ini, Awi Suryadi menunjukkan sensitivitasnya dalam menangani film horor dengan lebih bersabar dalam membangun teror setapak demi setapak (bukan lagi asal ‘jrengggg!’ tanpa relevansi yang terperinci) dan banyak mengandalkan atmosfer yang mengusik rasa nyaman. Pilihan ini mungkin akan terasa gila bagi penonton yang doyan dikageti dengan bejibun penampakan sekalipun tanpa makna, namun pilihan ini harus diakui sempurna alasannya sejumlah jump scare di Danur 2: Maddah justru terasa cukup efektif. Memang sih tak sepenuhnya mulus – ada beberapa yang kemunculannya kurang diharapkan kecuali semata-mata demi membuat penonton terlonjak dari dingklik bioskop – tapi paling tidak, terornya tak hingga kelewat repetitif dan berakhir menggelikan seperti film pertama yang seketika meruntuhkan rasa takut. 

Danur 2: Maddah juga memiliki satu dua adegan yang menggoreskan kesan baik seusai menontonnya di layar lebar. Salah satu paling membekas ialah sesosok hantu perempuan yang bersuka cita mengikuti lantunan dzikir Tante Tina. Ngeri nggak sih bayangin kita lagi berdzikir kemudian di depan kita ternyata ada makhluk halus yang bergoyang-goyang mendengar dzikir kita? Kalau bagi aku sih, creepy as hell! Kemampuan Awi dalam menciptakan rasa ngeri ini menerima sokongan manis dari sinematografi yang menguarkan nuansa “ada sesuatu tak beres di sekitarmu”, rias wajah yang membuat kita enggan berlama-lama menatap wajah si hantu, dan performa ciamik dari Prilly Latuconsina yang kian menegaskan bahwa beliau yaitu salah satu aktris muda berbakat saat ini. Di tangannya, kita bisa merasakan kegundahan hati Risa kemudian menyematkan setitik simpati kepada karakternya. Yang kemudian menghalangi Prilly untuk berkembang lebih jauh dan menghalangi pula kengerian untuk mencapai level maksimal adalah naskah yang sungguh tipis. Karakterisasi untuk Risa, Riri, Tante Tina, Om Ahmad, Angki, apalagi hantu-hantu teman Risa (masih dibuat bertanya-tanya dengan bantuan mereka pada penceritaan), berjalan di tempat dan cenderung ‘satu nada’. Kita tidak pernah benar-benar mengenal mereka maupun membentuk ikatan emosi dengan mereka. Maka dikala satu dua karakter tertimpa bencana, rasa was-was urung hadir yang sedikit banyak menurunkan intensitas. Andai saja Danur 2: Maddah ini berkenan memperhatikan sisi naskah lebih mendalam lagi – tak sebatas trik menakut-nakuti sekalipun ini perlu juga – bukan mustahil film akan tersaji lebih mencengkram dan mencekam alasannya potensinya sendiri terpampang faktual.



Acceptable (3/5)

Post a Comment for "Review : Danur 2: Maddah"