Review : At Cafe 6
“Everyone has a similar youth, but a different life.”
Popularitas menjulang You are the Apple of My Eye di kalangan pecinta film seantero Asia berkat guliran pengisahannya yang legit-legit nyelekit pula sangat mewakili banyak jiwa-jiwa muda yang bingung gulana balasan cinta, menciptakan sebuah tren di kalangan sineas setempat (baca: Taiwan) maupun seberangnya (baca: Cina daratan) berupa film-film romansa yang mengetengahkan tema nostalgia periode muda dengan latar masa 1990-an. Beberapa judul yang tergolong berhasil mengikuti jejak dari You are the Apple of My Eye antara lain So Young, Cafe Waiting Love dan film kesukaan aku, Our Times, yang mengamini untaian lirik dari Yuni Shara, “memang benar apa kata pepatah, bila jodoh tak lari kemanaaa...” Dengan Our Times menorehkan pundi-pundi yang ajegile selama masa penayangannya di bioskop, tentu bisa diterka tren ini pun tak akan lari kemana-mana. Benar saja, pertengahan tahun kemudian, Cina daratan bersama Taiwan tandem untuk melahirkan film sampaumur unyu-unyu lainnya yang materinya bersumber dari novel si pembuat film, Neal Wu. Tajuk dari film tersebut ialah At Cafe 6.
Di permulaan film, penonton dipertemukan dengan seorang wanita yang tengah berjibaku dengan mobil mogoknya di tengah derasnya hujan. Tak berselang usang, seorang pria menghampirinya, menawarinya santunan, kemudian mengajaknya menyeruput secangkir kopi hangat di kedai miliknya seraya mengeringkan badan. Guna membunuh waktu, keduanya berbincang-bincang yang topik obrolannya dipantik dari pertikaian si wanita dengan kekasihnya nun jauh disana. Si pemilik kedai kopi kemudian terkenang ke periode mudanya bersama sahabat-sahabatnya dan cinta sejatinya. At Cafe 6 lantas melempar alur dongeng bertahun-tahun ke belakang era si narator masih duduk di bangku SMA. Ada empat huruf yang memegang peranan penting pada titik ini; duo teman yang kerjaannya setiap hari hanya bikin ulah, Min Lu (Dong Zijian) dan Bo Zhi (Lin Bo Hong), serta dua perempuan yang mereka taksir, Xin Rui (Cherry Ngan) dan Xin Yi (Ouyang Nini). Seperti halnya judul-judul diatas, terjalinnya cerita asmara diantara mereka pun terdengar tidak mungkin pada mulanya menyelidiki adanya kesenjangan teladan pikir dan kepribadian.
Tapi tentu saja kita mengetahui bahwa mereka akan bersatu dan tidak butuh waktu lama bagi Neal Wu untuk mengonfirmasinya alasannya adalah memang bukan disitu poin utama dari At Cafe 6. Selepas masing-masing memproklamirkan relasi asmara mereka ke dunia, film mendorong kita menapaki fase kuliah yang merupakan titik balik kehidupan keempat sampaumur ini. Baik Min Lu dengan Xin Rui maupun Bo Zhi dengan Xin Yi menjalani korelasi jarak jauh yang tampaknya baik-baik saja di beberapa bulan awal, namun perlahan tapi pasti mulai terbuka boroknya terlebih dikala pemikiran telah berbeda jalan. Dengan diapungkannya pertanyaan, “abad long distance relationship tidak berjalan secara semestinya, apakah jarak ialah satu-satunya yang dapat dipersalahkan?,” nada film seketika beralih rupa dari semula cerah ceria penuh suka cita kolam semangat cukup umur yang menggelora menjadi menyayat-nyayat kalbu. Konflik demi konflik lantas menyembul yang sekaligus menghadiahi penonton berupa kursus singkat mengenai ‘membina korelasi jarak jauh’ dengan cerita asmara Min Lu dengan Xin Rui sebagai studi kasus. Lebih dari itu, At Cafe 6 juga berbincang soal persahabatan, prioritas, pengorbanan sampai mencar ilmu dari kesalahan.
Yang lalu membedakan At Cafe 6 dengan, katakanlah Our Times, adalah film ini justru lebih besar lengan berkuasa kala menempatkan fokusnya pada kekerabatan perkawanan Min Lu bersama Bo Zhi ketimbang ketika berkutat dengan kisah kasih sang tokoh utama. Ya, At Cafe 6 memang lebih condong ke coming of age drama daripada romance drama yang tidak pernah benar-benar mampu menguarkan sisi charm-nya disebabkan dua faktor. Pertama, chemistry Dong Zijian dengan Cherry Ngan tidak sehidup ketika Zijian disandingkan bersama Lin Bo Hong semacam masih ada sekat, dan kedua, sosok Xin Rui cenderung berjarak sehingga cukup sulit untuk dapat menyukainya apalagi memahami motivasinya (...and she's annoying!). Menilik apa yang terhampar di titik puncak, boleh jadi begitulah intensi dari pembuatnya alasannya jika mau sebenarnya relasi percintaan unik antara Bo Zhi dengan Xin Yi lebih menyenangkan untuk diberi panggung lebih luas apalagi Xin Yi pun lebih gampang disukai. Walau pada kesannya kadar manisnya jauh dibawah You are the Apple of My Eye serta Our Times plus penambahan sisi gloomy menjelang tutup durasi sangat salah tempat, At Cafe 6 masih memperlihatkan tontonan mengikat dan cukup bernutrisi bagi otak maupun hati dengan muatan filosofisnya khususnya bagi mereka yang tengah menjalani korelasi percintaan jarak jauh.
Note : Jangan lewatkan post-credits scene dari film ini di penghujung yang memberi sekelumit info mengenai kehidupan kurun sekarang dari salah satu aksara.
Note : Jangan lewatkan post-credits scene dari film ini di penghujung yang memberi sekelumit info mengenai kehidupan kurun sekarang dari salah satu aksara.
Exceeds Expectations (3,5/5)
Post a Comment for "Review : At Cafe 6"