Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : American Made


“It’s not a felony if you’re doing it for the good guys.” 

Dalam kaitannya menjalankan misi tak masuk logika, Tom Cruise tentu sudah sangat terbiasa. Tengok saja salah satu franchise yang membantu melambungkan namanya ke jajaran pelakon kelas A, Mission: Impossible, yang mirip judulnya dipenuhi rangkaian berkelahi melampaui nalar. Tapi mirip halnya sederet film sabung yang dibintanginya dalam satu dekade terakhir – rupanya memasuki usia kepala 5, Tom Cruise malah makin sering berantem dan berlari – plotnya hanyalah fiktif belaka. Karakternya pun senada, sama-sama sebagai pahlawan yang sulit terkalahkan. Jika kemudian si pelakon Ethan Hunt ini merasa jenuh dan ingin mencoba sesuatu yang sedikit berbeda dari beberapa tugas terakhirnya, terperinci sangat mampu dimaklumi. Dalam American Made yang mempertemukannya kembali dengan Doug Liman usai keduanya berkolaborasi di Edge of Tomorrow (2014), Tom Cruise memerankan sosok konkret yang semasa hidupnya kerap dilingkungi peristiwa tak masuk nalar akhir campur tangan CIA bernama Barry Seal. Sosoknya pun tak sepenuhnya hero, cenderung ke antihero, lantaran jalan hidupnya kerap mengabaikan moralitas dan sempat pula bersinggungan dengan aktivitas ilegal yang melibatkan kartel besar asal Amerika Selatan. Sesuatu yang terdengar agak menyegarkan, bukan? 

Mulanya, Barry Seal (Tom Cruise) hanyalah seorang pilot pesawat komersil biasa yang bekerja untuk maskapai Trans World Airlines demi menghidupi keluarga kecilnya yang terdiri atas seorang istri bernama Lucy (Sarah Wright) dan dua putri. ‘Kenakalannya’ guna memperoleh penghasilan suplemen tidak pernah lebih dari membantu menyelundupkan cerutu Kuba ke Kanada. Rupa-rupanya, aktivitas Barry ini terendus oleh CIA yang lantas memanfaatkan keahlian Barry dalam menerbangkan pesawat untuk mengambil foto udara dari kelompok militan di daerah Amerika Selatan. Seiring berjalannya waktu, peran yang mesti diemban oleh Barry terus bertambah sehingga hanya tinggal menunggu waktu identitasnya diketahui oleh masyarakat sekitar. Betul saja, Kartel Medellin di Kolombia – salah satu anggotanya yaitu gembong narkoba ternama, Pablo Escobar – menyadari penuh tindak-tanduk Barry dan lantas merekrutnya menjadi kurir narkotika. Menjalani tugas ganda sebagai kepetangan negara dan kurir narkoba jelas membawa Barry ke dalam serangkaian kejadian yang sama sekali tak terbayangkan dan berbahaya. Ya, bahaya tentu tak bisa dilepaskan dari kehidupan Barry beserta keluarganya terlebih usai Barry menetapkan untuk mengkhianati salah satu pihak.


Menengok jalinan pengisahannya yang dibuat dari kombinasi antara biopik mantan pilot pesawat komersil, permainan politik negeri adikuasa, keterlibatan CIA, kartel raksasa, dan penyelundupan narkoba, gampang untuk mengira Doug Liman akan melantunkan American Made dalam format docu-drama berbumbu thriller. Terlebih, filmografi sang sutradara seperti The Bourne Identity (2002) dan Fair Game (2010) seolah mengonfirmasinya. Bahasa kasarnya sih, serius-serius njelimet gitu deh. Di ketika telah mengantisipasi akan memperoleh penceritaan yang cukup berat dan belibet untuk dicerna mengingat muatan politiknya terbilang kental juga, Liman memberi kejutan untuk kita semua: American Made dibawakannya secara ringan dan bergaya. Ya, kandungan humor yang diinjeksikannya ke dalam film terhitung tinggi sehingga memungkinkan penonton untuk tergelak-gelak disela-sela berlangsungnya transaksi obat-obatan terlarang, puyengnya Barry dalam mengurus bisnis barunya yang menciptakan rumahnya kebanjiran uang (literally!) sampai upaya sang kurir melarikan diri dari kejaran pihak-pihak yang mengincar dirinya. Kalau itu belum cukup terdengar menyenangkan, maka tentu tambahkan sejumlah sabung seru yang beberapa diantaranya melibatkan pesawat yang konon kabarnya dikemudikan sendiri oleh Tom Cruise. Hitung-hitung pemanasan sebelum sekuel Top Gun, bukan begitu? 

Keputusan Doug Liman dalam menarasikan American Made secara ringan dibubuhi canda tawa disana sini boleh jadi demi menghindarkan penonton dari rasa jenuh yang sangat mungkin menyerang. Memang sih, jalan hidup Barry yang penuh kejutan sangat menarik buat diikuti (seberapa jauh pelintiran dramatisasinya, hanya Tuhan dan si pembuat film yang tahu), namun ada berbagai hal yang melingkunginya. Banyak sekali gosip yang mesti dicerna dan beberapa diantaranya dilewatkan begitu saja tanpa ada penggalian lebih lanjut. Tak pelak, film sempat goyah pula begitu memasuki pertengahan durasi. Yang lalu menyelamatkannya, siapa lagi kalau bukan Tom Cruise dengan karisma memancar yang dipunyainya? Dia bermain anggun sebagai Barry yang terpaksa menghempaskan jauh-jauh what-so-called moralitas serta integritas demi memberi sandang, pangan, dan papan yang layak bagi keluarganya, sekalipun sosok Barry sendiri ada kalanya masih terlihat terlalu ‘higienis’ di tangan Cruise. Dalam berolah peran, Tom Cruise menerima sokongan memadai dari Sarah Wright sebagai istri Barry yang mencintainya dan Domhnall Gleeson sebagai Monty Schafer, distributor CIA oportunis. Kekuatan lain yang dipunyai American Made bersumber dari pilihan tembang-tembang pengiring dan tata kostum yang menghidupkan nuansa masa 70-80’an, kemudian gerak kamera dan penyuntingannya yang dinamis.

Ulasan ini bisa juga dibaca di http://tz.ucweb.com/9_a5nf

Exceeds Expectations (3,5/5)


Post a Comment for "Review : American Made"