Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

20 Film Terbaik Di Tahun 2017 Versi Cinetariz


Bagi aku, tahun 2017 kemudian adalah tahun terburuk dalam hal produktivitas menonton maupun mengulas film di blog di beberapa tahun terakhir. Dihadapkan pada suatu tanggung jawab besar untuk menyelesaikan studi yang telah tertunda cukup usang, memaksa saya mengurangi segala bentuk kegiatan yang berkenaan dengan film. Terhitung hanya sekitar 220 film yang bisa saya lahap selama setahun terakhir (sebagai perbandingan, biasanya 240 sampai 260 judul mampu ditonton) dan tiga bulan terakhir mengalami penurunan dalam membuat ulasan yang sangat signifikan hingga-sampai kebingungan harus memulai menulis dari mana tatkala waktu luang telah kembali didapatkan. 

Meski kesepakatan untuk memulai menulis ulasan satuan kembali tertunda, saya mencoba untuk menebusnya dengan list tahunan yang merekapitulasi film-film paling membekas di hati bagi Cinetariz sepanjang tahun 2017. Sebagai permulaan, aku telah membuat daftar untuk film Indonesia secara terpisah (secara mengejutkan, banyak film dalam negeri yang ciamik tahun lalu!) dan kali ini melanjutkannya dengan daftar 20 besar keseluruhan yang meliputi film-film dari aneka macam negara. Memutuskan untuk mengerucutkannya menjadi 20 film saja nyatanya bukan masalah mudah karena lagi-lagi ada banyak film yang membekas di hati. Alhasil, evaluasi turut mencakup seberapa kuat keinginan untuk menontonnya kembali sekaligus seberapa besar kemungkinan untuk merekomendasikannya ke orang lain. 

Usai mengurasi ke dalam beberapa tahapan berdasar beberapa pertimbangan, berikut ialah beberapa judul yang (dengan sangat terpaksa) dihempas dari 20 besar: 

Honorable Mentions (in alphabetical order): 

# Beauty and the Beast


# Call Me by Your Name



# Get Out


# It


# Okja


# Split


# The Battleship Island


# Thor Ragnarok


# Three Billboards Outside Ebbing Missouri


# Toilet Ek Prem Katha


# War for the Planet of the Apes



# Wonder Woman


…dan inilah 20 film yang berhasil lolos ke dalam daftar 20 film terbaik di tahun 2017 versi Cinetariz: 

Top 20 

#20 John Wick Chapter 2


John Wick Chapter 2 menjalankan tugasnya sebagai sebuah sekuel secara semestinya. Sejak menit pertama, film telah menggila lewat geberan laga beroktan tinggi. Disamping muatan tabrak pekat yang akan menciptakan para penikmat film action mengalami orgasme di dalam bioskop, daya pikat John Wick Chapter 2 berada di world building-nya. Detilnya bangunan semesta dalam film ditambah kulikan pada sisi ringkih sang abjad utama, menciptakan kita mampu berinvestasi lebih kepada franchise ini yang menjadikannya lebih dari sekadar tontonan eskapisme pengisi waktu luang semata. 

#19 A Taxi Driver


Rekonstruksi peristiwa Gwangju di tahun 1980 ditampilkan A Taxi Driver menjadi suatu gelaran yang tidak saja mendebarkan, tetapi juga jenaka dan mengaduk emosi. Ada fase berdebar-debar tatkala si supir taksi bersama jurnalis gila mencari-cari celah untuk memasuki dan keluar dari Gwangju yang dikepung ketat oleh militer – ini masih belum ditambah dikala mereka harus bertahan hidup ditengah-tengah kerusuhan yang sewaktu-waktu mampu terjadi. Ada fase terbahak-bahak saat menengok interaksi si jurnalis bule dengan penduduk setempat termasuk supir taksinya yang kagok berbahasa Inggris. Ada pula fase mengaru biru ketika kita melihat bagaimana bencana ini berdampak sangat besar kepada warga sipil yang sejatinya tidak tahu apa-apa. 

#18 Pengabdi Setan


Jawaban dari tanya “apakah Pengabdi Setan versi Joko Anwar ini lebih ngeri atau tidak ketimbang pendahulunya?” memang akan sangat relatif, namun bagi aku secara pribadi, Pengabdi Setan versi 2017 ini mampu menunjukkan suatu mimpi buruk. Salah satu film horor Indonesia paling menyeramkan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam perjalanan mengarungi wahana rumah berhantu ini, saya beberapa kali dibuat terperanjat dari kursi bioskop seperti pada adegan lempar selimut, ketok-ketok dinding di malam hari, mendengarkan drama radio, pipis di tengah malam, rekonstruksi adegan sholat yang ikonik itu, hingga tiap kali terdengar suara gemerincing lonceng Ibu. 

#17 Let’s Go Jets!


Didasarkan pada kisah faktual sebuah tim pemandu sorak dari Fukui Commercial High School yang berjaya dalam NDA National Championsip di negeri Paman Sam pada tahun 2009, Let’s Go Jets! yakni jawaban Jepang untuk Bring It On (2000). Film yang jenaka, inspiratif, dan penuh energi. Saat menontonnya, hati ini dibuatnya hangat dan bahagiaaaaa sekali. Memang sih bagaimana film ini menyelesaikan guliran pengisahannya telah menjadi rahasia umum. Namun, itu sama sekali tak menjadi soal sebab kenikmatan menyaksikan Let’s Go, Jets! tidak berada di tujuan final melainkan pada proses menggapai kejayaan yang akan menginspirasimu. 

#16 Wind River


Melalui Wind River, dua jebolan Avengers, Jeremy Renner dan Elizabeth Olsen, tidak bekerja sama untuk menyelamatkan dunia, melainkan memecahkan masalah pembunuhan seorang perempuan berdarah Indian. Putihnya salju yang menghiasi sepanjang durasi menebalkan nuansa dalam film yang meliputi misterius, depresif, dan acuh taacuh. Proses investigasi guna menemukan pelaku pembunuhan mampu tergelar seru serta memancing keingintahuan untuk mengikutinya lebih mendalam, sementara ketika kita mendekat kepada karakter-abjad yang terlibat terutama orang renta korban, hati ini serasa dikoyak-koyak. 

#15 The Greatest Showman


The Greatest Showman menutup tahun 2017 dengan sebuah pertunjukkan yang megah dan mengesankan. Guliran kisahnya yang dicuplik dari sepenggal cerita nyata perjuangan seorang pendiri pertunjukkan sirkus legendaris mampu menginspirasi sekaligus membuat hati terasa hangat. Barisan lagu antemiknya yang merupakan kekuatan utama dari film ini terasa begitu renyah untuk didengar sekaligus membuat kaki terus menerus menghentak. Hal pertama yang dilakukan usai menonton The Greatest Showman di bioskop yaitu mendengarkan album soundtrack-nya berulang-ulang. 

#14 Sweet 20


Siapa bilang me-remake sebuah film itu perkara gampang? Susah sekali. Sweet 20 yang disadur dari film Korea bertajuk Miss Granny tergolong satu dari sedikit remake yang sukses. Pemain ansambel merupakan salah satu kekuatan utama yang dipunyai Sweet 20 disamping lontaran-lontaran kelakar dengan sentuhan kearifan lokal yang tepat mengenai sasaran, tembang-tembang lawas pengiring film, serta muatan emosional yang bekerja secara efektif. Dengan kombinasi kematian semacam ini, tepatlah kiranya menyebut Sweet 20 sebagai sebuah hiburan untuk seluruh keluarga abad liburan sekaligus remake yang sangat pantas bagi Miss Granny. Sungguh sebuah obat pelepas penat yang mujarab. 

#13 Lion


Dalam Lion, penonton disuguhi plot yang menyoroti jatuh bangunnya Saroo untuk memperoleh kesempatan berjumpa kembali dengan keluarganya sejak terdampar di kota yang sama sekali asing baginya. Ada kepiluan, kengerian, serta sedikit kejenakaan di dalamnya. Kepedulian kita terhadap si tokoh utama merupakan kunci keberhasilan dari Lion. Apabila penonton tidak pernah terhubung dengan Saroo, apa yang tersaji sepanjang film akan terasa acuh taacuh. Tapi kalau penonton berhasil dibentuk bersimpati pada Saroo – mirip telah dilakukan oleh Lion, apa yang tersaji di penghujung film akan menghajar emosimu sampai babak belur. 

#12 The Invisible Guest


Melalui The Invisible Guest, Oriol Paulo menyuarakan kritik terhadap keberpihakan hukum kepada mereka yang mempunyai uang dan kekuasaan. Dibubuhkan sesuai dosis, kritik pun terasa sangat relevan dan menyentil yang berjasa pula dalam membantu menempatkan The Invisible Guest sebagai film thriller papan atas. Ya, film ini berhasil menjerat atensi sedari awal mula dengan tuturan berintensitas tinggi yang tergelar rapi dan pada alhasil membuat diri ini menggeleng-nggelengkan kepala karena kagum terhadap kapabilitas si pembuat film dalam mengkreasi suguhan mencekam yang sarat kejutan. 

#11 The Salesman


Trauma dan amarah yang timbul balasan sebuah peristiwa penyerangan yang tak terduga menyingkap ‘warna’ bekerjsama dari sepasang suami istri yang tampak memiliki kehidupan rumah tangga serasi dalam The Salesman. Dengan pengarahannya yang gemilang, Asghar Farhadi sanggup mengubah drama domestik yang lebih menitikberatkan pada studi abjad ini menjadi sebuah gelaran menegangkan berdaya cengkram kuat. Dari menit ke menit, The Salesman terus mengalami eskalasi dalam menguarkan nuansa suspense sampai akhirnya menciptakan ledakan jago di titik puncak yang tak saja mendebarkan tetapi juga emosional. 

#10 The Big Sick


Kumail Nanjiani mengabadikan cerita perjumpaannya dengan sang istri yang begitu elok, hangat, dan menggelitik dalam The Big Sick. Yang tidak biasa dari korelasi mereka yaitu fakta bahwa keduanya berasal dari dua dunia yang bertolak belakang. Kumail tumbuh besar dalam keluarga Pakistan Muslim yang konservatif, sementara istrinya adalah perempuan Amerika berjiwa bebas. Saat dua budaya berbeda ini saling berbenturan, kesudahannya yaitu tontonan yang membuatmu mengalami fase tersenyam-senyum, terpingkal-pingkal hingga terenyuh secara bergantian. Inilah film paling romantis di tahun 2017 lalu. 

#9 Baby Driver


Dibawah penanganan Edgar Wright yang memiliki jiwa nerd sejati, Baby Driver terperinci tidak akan dijelmakan sebagai film hura-hura belaka yang sebatas mengedepankan pada laga seru penuh eksplosif mirip halnya Fast and Furious dan Transporter. Betul saja, si pembuat film lantas memadupadankannya dengan humor sarat tumpuan ke budaya pop, barisan musik eklektik, romantika asmara muda-mudi, serta ketegangan ala heist film sehingga membuat Baby Driver bukan saja terasa begitu berwarna tetapi juga sangat bergaya. Baby Driver ialah kesempatan emasmu untuk menyaksikan ‘film musikal’ tanpa tari-tarian alasannya seluruh koreografi tari diimplementasikan ke dalam gerak gerik karakter maupun sekuens adu yang tertata rapi. 

#8 Bad Genius


Ruang ujian dalam Bad Genius tak ubahnya bank atau ruang brankas di rumah seorang kaya dalam heist film. Situasinya memang tidak sampai tahapan seekstrim hidup-mati dan sekadar berhasil-gagal, akan tetapi itu tetap tak berdampak pada berkurangnya kadar ketegangan terlebih jikalau kamu pernah melaksanakan praktik menyontek atau memberi sontekan semasa sekolah. Tak pernah sedikitpun terbayang dalam benak bahwa lembar jawab pilihan ganda ketika ujian mampu menciptakan jantung berdegup begitu kencang abad ditampilkan dalam sebuah film layar lebar. Dalam Bad Genius, aku mampu merasakan itu. 

#7 Secret Superstar


Usai menonton Secret Superstar, diri ini reflek berteriak, “Aamir Khan memang abnormal!” Betapa tidak, ia berturut-turut menghasilkan karya yang mengangkat kembali nama Bollywood di peta perfilman dunia. Secret Superstar memang tidak semencengangkan 3 Idiots, PK, atau Dangal dalam bertutur, namun film kecil nan bersahaja ini mampu mengobrak-abrik emosi penonton sedemikian rupa terlebih bila kamu memiliki korelasi erat dengan ibu. Lebih dari itu, Secret Superstar yaitu sebuah film yang ditujukan untuk para wanita yang tidak memiliki kebebasan dalam bersuara, para wanita yang mempunyai keberanian untuk mewujudkan mimpi, dan para ibu yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya. 

#6 Lady Bird


Lewat debut penyutradaraannya ini, Greta Gerwig berbicara wacana cerita pencarian jati diri seorang gadis SMA berusia belasan yang berharap dirinya mampu melepaskan diri dari kampung halamannya. Guliran dongeng Lady Bird memang terkesan sederhana dan terdengar familiar, akan tetapi justru disinilah letak kekuatan film ini. Barisan karakternya yang membumi terasa begitu dekat karena kita mengenal cukup baik eksklusif-langsung mirip itu atau malah (tanpa disadari) merefleksikan diri kita sendiri. Kedekatan dengan topik dialog inilah yang membuat aku gampang terhubung ke Lady Bird. Dari mulanya tertawa-tawa menyaksikan tingkah polah huruf tituler yang rada nyeleneh, Lady Bird perlahan tapi niscaya mulai menyentuh emosi tatkala ‘satria’ kita terlibat konflik panas dengan sang ibu. 

#5 Hidden Figures


Sepanjang durasi mengalun, kita menyaksikan dongeng inspiratif dari tiga perempuan kulit gelap dalam melawan sistem yang mengekang karir mereka di NASA pada era 60-an. Topik dialog yang diusung Hidden Figures boleh saja berat menyoal rasisme, seksisme, dunia matematika, perancangan misi luar angkasa, dan sejarah. Namun jangan salah, Hidden Figures sanggup melantunkannya secara ringan, hangat dan menyenangkan tanpa pernah sedikitpun mengalienasi penonton yang tidak menaruh minat pada topik-topik tersebut. Malah, mereka mampu menunjukkan betapa kerennya matematika di film ini. Sungguh sebuah film yang penting untuk ditonton. 

#4 Dangal


Bollywood memiliki cara yang berbeda dalam mengumandangkan women empowerment, kemudian menyuarakan kritik keras terhadap budaya patriarki yang seksis dan konfederasi olahraga yang korup. Salah satu insan perfilman terkemuka di India, Aamir Khan, membalut itu semua dalam sebuah film biopik dunia gulat yang dapat ditonton oleh seluruh anggota keluarga bertajuk Dangal. Berceloteh soal perjuangan dua atlet gulat perempuan pertama di India untuk merengkuh medali emas di pertandingan bertaraf internasional, Dangal tentu menginspirasi. Tidak hanya itu, Dangal pun mampu tersaji sebagai sebuah tontonan yang menghibur, mengharu biru, sekaligus mengikat atensi penonton dengan sangat besar lengan berkuasa hingga-hingga durasi 2,5 jam terasa berlalu begitu cepat. 

#3 Wonder


Jika kamu menerima pilihan untuk berbuat benar atau berbuat baik, mana yang akan kamu pilih? Dalam Wonder, berbuat baik yakni pilihannya. Isu perisakan dikulik dengan pendekatan yang ringan dan mengikat alih-alih menghamparkannya secara merana. Yang juga menarik, penonton tak sebatas disuguhi dongeng dari sudut pandang korban perisakan melainkan turut memperoleh cerita dari perspektif pelaku yang rupa-rupanya turut berada di posisi korban. Mengalun dengan hangat, jenaka, serta inspiratif, Wonder sanggup menciptakan diri ini terbahak kemudian beruraian air mata berulang kali di beberapa titik. Bukan air mata karena sesuatu yang buruk, melainkan sesuatu yang baik. Sulit disangkal, Wonder jelas terhitung sebagai salah satu film terbaik tahun ini. 

#2 Paddington 2


Paddington 2 yakni satu dari segelintir sekuel yang memiliki kualitas melampaui pendahulunya. Petualangan beruang yang mampu berbicara dalam memperjuangkan keadilan untuk dirinya ini tanpa dinyana-nyana mampu terhidang sebagai film keluarga yang sangat menghibur, mempunyai pesan moral cantik tanpa pernah terasa nyinyir, sekaligus mempunyai sisi magis yang begitu besar lengan berkuasa. Saat menyaksikan Paddington 2, jiwa kanak-kanak dalam diri ini mendadak hidup kembali dan bergembira. Sedikit banyak mengingatkan pada sensasi menonton film keluarga dari kurun 1990-an. Bersama dengan Wonder dan Coco, Paddington 2 yang menempatkan seekor beruang penjunjung tinggi kebaikan sebagai aksara sentral ini merupakan film paling indah yang aku saksikan di tahun 2017. 

#1 Coco


Sedari menit-menit pembuka, Coco telah menciptakan diri ini terperangah dengan keajaiban visualnya yang tergarap mendetail serta penuh warna. Bagusnya, Coco enggan untuk mengorbankan guliran pengisahannya demi mencapai visual yang berada di kelas premium itu. Racikan dongeng si pembuat film yang mengusung tema utama seputar kematian (konon, landasan kisahnya bersumber dari perayaan tahunan di Meksiko, Dia de Muertos) serta keluarga dengan pendekatan yang cenderung riang mampu menempatkan penonton Coco dalam tiga fase emosi mirip bersemangat, tertawa, hingga tersedu-sedu. Kemampuan Coco untuk memanjakan mata penonton melalui visual dan membuai hati melalui tuturan kisahnya ini menjadi bukti bahwa Pixar masih belum kehilangan sentuhan magisnya sama sekali. Warbiyasak!

Post a Comment for "20 Film Terbaik Di Tahun 2017 Versi Cinetariz"