Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Goosebumps


"You've just released every monster I've ever created!"

Sebagai bab dari generasi 90’an yang tumbuh remaja ditemani dongeng pengantar mimpi jelek, Goosebumps, mengetahui literatur anak yang fenomenal ini diboyong ke layar lebar, aku pun berjingkat-jingkat kegirangan. It’s like a dream come true, menyaksikan melihat monster-monster unik pula mengerikan kreasi R.L. Stine dihidupkan untuk kemudian menebar teror di dalam bioskop. Well, Fox Kids memang telah menerjemahkan gores-gores kata R.L. Stine ke medium audio visual dalam wujud serial televisi yang mengudara semenjak tahun 1994 sampai 1998, namun jadinya sendiri jauh dari pengharapan dengan pengecualian pada setiap episode mengenai boneka ventrilokuis penebar teror, Slappy. Kini, mencoba langkah berbeda dibanding penyesuaian novel kebanyakan, Sony tidak sekadar secara spesifik menjumput satu instalmen untuk dikupas dalam versi film Goosebumps melainkan menentukan menggabungkan elemen-elemen terbaik pembentuk seri ini termasuk barisan monster-monsternya. Hasilnya? Sebuah hidangan petualangan seru nan mengasyikkan yang cocok dikudap oleh seluruh anggota keluarga menjelang perayaan Halloween. 

Sepeninggal sang suami, Gale (Amy Ryan) memboyong putra semata wayangnya, Zach (Dylan Minnette), dari New York ke sebuah kota kecil di Delaware untuk memulai kehidupan baru. Sesampainya keluarga kecil ini di hunian anyar, Zach disambut oleh Hannah (Odeya Rush) yang tinggal di sebelah rumah. Belum sempat mereka berkenalan lebih jauh, ayah Hannah yang misterius sekaligus agak abnormal, R.L. Stine (Jack Black), memaksa keduanya berpisah. Menyadari ada kejanggalan pada tetangganya ini terlebih sehabis mendengar bunyi jeritan Hannah, Zach ditemani sahabat barunya, Champ (Ryan Lee), memutuskan menyelinap masuk ke rumah keluarga Stine untuk melakukan penyelidikan. Kala menjalankan misi, mereka menemukan sejumlah manuskrip Goosebumps milik Stine yang terkunci rapat tertata cantik di rak buku dan melakukan kesalahan besar... dengan membukanya! Monster-monster ciptaan Stine di bawah komando Slappy yang telah menahun terpenjara pun seketika melepaskan diri, menciptakan huru hara ke seantero kota, kemudian bersatu padu memburu ‘sang pencipta’ untuk menggagalkan rencana Stine memenjara kembali mereka di manuskrip. 

Khawatir yakni reaksi pertama yang mencuat begitu memeriksa bahan promosi Goosebumps lantaran tersaji sedemikian jelek tanpa daya pikat mencukupi dengan Manusia Salju (atau Yeti) sebagai satu-satunya alat jual dan ada indikasi film akan berada di area fantasi kanak-kanak konyol khas produk keluaran Nickelodeon (atau ya, seri Percy Jackson) alih-alih horor bertabur komedi seperti versi novelnya. Tapi percayalah, jangan biarkan trailer ini menghasutmu untuk melewatkan Goosebumps begitu saja terutama jikalau kau memang mencandui karya R.L. Stine ini sedari dulu. Semangat yang diusung oleh Stine dihembuskan Darren Lemke secara sempurna melalui naskah yang diejawantahkan begitu menawan ke bahasa gambar oleh Rob Letterman. Walau tak mencuplik karya tertentu, tuturan dalam film ini sangatlah Goosebumpswell, plot menyoal cukup umur tanggung pindah ke lingkungan baru dan bertemu tetangga misterius, lalu ada twist memasuki titik puncak (seriously, I didn’t see that coming!), belum lagi penggunaan nama karakternya – dilengkapi humor-humor menggelitik yang sekali ini sarat referensi memainkan olok-olok (plus penghormatan) ke materi asli. Seperti sedang menyimak perpaduan antara Cabin in the Woods dengan Jumanji, penuh kesenangan tiada henti-hentinya sedari awal sampai simpulan. 

Para penggemar berat Goosebumps akan bersorak sorai menyaksikan monster-monster ciptaan Stine dari Manusia Salju, Gnome, manusia serigala, bocah tembus pandang, belalang mantis raksasa, zombie hingga favorit kebanyakan pembaca, Slappy, yang berlalu lalang mampu tervisualisasikan dengan cukup baik sedangkan mereka yang tidak pernah mengenal satupun dari barisan monster ini mungkin enggan mengeluh sebab para monster bersedia mengerahkan segenap kekuatan mereka untuk menciptakan teror yang harus diakui beberapa diantaranya sanggup tampil cukup menyeramkan dan petualangan R.L. Stine guna memperbaiki segala kekacauan yang disebabkan para bocah juga terhampar seru. Laju penceritaannya melaju begitu gesit dengan perlindungan dari jajaran pemain yang menyumbang lakon solid (kredit khusus untuk Jack Black yang memberi interpretasi sama sekali berbeda pada karakteristik Stine dan sumbangan suara meneror bagi Slappy yang menempatkannya sejajar dengan Chucky) dan iringan musik Danny Elfman yang mencuatkan sisi excitement dalam mengikuti sepak terjang para karakternya sehingga rasa-rasanya agak mustahil bagi penonton untuk mengalami kejenuhan selama durasi mengalun. Fun! Fun! Fun! 

Fun Fact : Ada kemunculan sekilas dari sang pengarang, R.L. Stine, di Goosebumps. Berperan sebagai siapakah ia?

Exceeds Expectations

  

Post a Comment for "Review : Goosebumps"