Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Aku, Kau & Kua


“Setiap orang punya caranya masing-masing buat ngedapetin jodoh.” 

Starvision Plus bukanlah pemain baru dalam blantika film ijab kabul. Salah satu franchise andalan mereka, Get Married, mempergunjingkan soal dua hati yang menautkan komitmen dalam ikrar suci. Begitu pula dengan beberapa rilisan lainnya semacam Honeymoon, Test Pack, maupun Operation Wedding. Mungkin merasa ‘berjodoh’, sang nahkoda dari judul terakhir, Monty Tiwa, kembali diboyong untuk mengomandoi keluaran terbaru dari rumah produksi bentukan Chand Parwez Servia ini yang sekali lagi mengupas tema serupa berdasar buku laku karya @TweetNikah. Hanya saja, tidak seperti gugusan judul di atas, Aku, Kau & KUA mempunyai cakupan cerita yang lebih kompleks, panjang, dan... banyak! Well, desain posternya yang disesaki oleh pasukan ensemble cast-nya telah mengindikasikan itu. Kini yang menjadi pertanyaan bagi Aku, Kau & KUA ialah, apakah rentetan akad nikah di dalam film akan membawa kemeriahan yang mengasyikkan seperti ketika berjumpa mitra-kawan lama atau kekacauan menyesakkan selayaknya bertemu mantan yang telah menggandeng pasangan gres? Let’s see

Pada awalnya, penonton mungkin mengira Aku, Kau & KUA akan semata-mata memfokuskan lensa konflik pada jatuh bangun Deon (Deva Mahenra) dalam upayanya memenangkan hati Fira (Nina Zatulini), teman lamanya, yang baru saja tertimpa kemalangan sesudah belakang layar gelap sang calon suami terbongkar hanya beberapa dikala sebelum ijab kabul dilangsungkan dan berbekal pemberian dari Uci (Eriska Rein) dan beberapa teman mirip Rico (Adipati Dolken), Mona (Karina Nadila), dan Pepi (Babe Cabiita), Deon berniat membawa Fira ke jenjang pernikahan dengan terlebih dahulu melewati proses ta’aruf. Akan tetapi, saat kusutnya benang pengisahan milik Deon dan Fira perlahan mulai terurai bertahap, film lantas membuat cabang-cabangnya sendiri, membenturkan masing-masing dari Uci, Rico, Mona, bahkan Pepi, dengan problematika asmara yang tidak kalah peliknya. Keinginan menikah yang telah menggebu-nggebu dihalangi oleh satu dan lain hal yang begitu merepotkan. 

Jawaban dari pertanyaan yang diapungkan pada penghujung paragraf awal mampu jadi yaitu penggabungan keduanya, meriah yang mengasyikkan sekaligus, errr... kacau. Permasalahan dari Aku, Kau & KUA terletak pada skrip. Cassandra Massardi terlalu memaksakan memasukkan banyak plot (terkadang, posisi plot utama maupun subplot pun mengabur) berisi konflik berderet-deret ke dalam tuturan dongeng sehingga film pun terasa begitu panjang dan melelahkan. Saat penonton menduga problematika Deon yang telah menjumpai solusinya yakni final dari film, secara silih berganti datanglah kekisruhan lain seolah tak ada habisnya hingga-hingga pertanyaan semacam “kapan film ini akan berakhir?” pun sempat menyeruak. Si pembuat film begitu mendambakan final senang dicapai setiap tokoh – dalam hal ini, melenggang bagus ke KUA – hingga rela sedikit menyiksa penonton. Padahal, seandainya akad nikah Deon dan Fira adalah gong dengan beberapa tokoh pendukung dibiarkan saja apa adanya, karenanya mungkin lebih greget. Malah, memberi kesempatan terbuka lebar-lebarnya pintu sekuel. 

Pun demikian, mengesampingkan betapa skrip begitu penuh sesak, Aku, Kau & KUA ialah tipe tontonan eskapisme yang menjadi idaman banyak orang saat mencari penyegaran kurun kepenatan hidup menghampiri. Menyenangkan dan menghibur yaitu dua kata paling tepat untuk mendeskripsikan film ini. Berulang kali ledakan tawa berhasil terpantik, bersumber dari guyonan-guyonannya yang segar, lucu, menyentil (bagi kaum jomblo, bersiaplah!), serta asing-gilaan. Jika Anda menikmati kesintingan chaos comedy di tetralogi Get Married, kurang lebih mirip itulah yang akan dihadapi di sini hanya takarannya sedikit diperhalus. Jajaran ensemble cast-nya masing-masing menghidupkan tugas dengan sangat baik, tapi Babe Cabiita dan Karina Nadila lah yang paling bersinar. Keduanya tidak pernah gagal membuat tawa – atau minimal, sunggingan senyum – dalam setiap kemunculan. Performa besar lengan berkuasa dari departemen akting ini disokong pula oleh pemilihan lagu pengiring yang cerdas, easy listening, dan melebur lembut pada adegan. Membuat kita sedikit banyak memaafkan skripnya yang kacau dan mendapatkan saja Aku, Kau & KUA sebagai sebuah sajian crowd-pleaser yang mengasyikkan buat ditonton beramai-ramai bersama teman, keluarga atau pasangan terkasih (terlebih buat yang, ehem, berencana menikah dalam waktu akrab).

Acceptable

Post a Comment for "Review : Aku, Kau & Kua"