Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Detective Conan: The Darkest Nightmare


Let me just say, The Darkest Nightmare yaitu salah satu seri terbaik dari rangkaian film Detective Conan. Secara personal, saya akan menempatkannya di jajaran lima besar terbaik bersama Captured in Her Eyes, The Phantom of Baker Street, Crossroad in the Ancient Capital, serta The Eleventh Striker – kau sangat mungkin akan mempunyai pendapat berbeda soal ini. Dalam jilid ke-20 ini, Kobun Shizuno menghamparkan plot rapat berelemen spionase pekat yang mengikat atensi penonton. Tidak hanya itu, eksistensi serentetan tubruk seru pun bisa kau endus keberadaannya disini. Keduanya, telah mengemuka sedari menit pertama atau katakanlah prolog yang gegap gempita. Seorang wanita misterius (disuarakan oleh Yuki Amami) diperlihatkan mendobrak masuk ke Biro Keamanan Publik guna mencuri NOC (Non-Official Cover), sebuah data penting berisi nama-nama intel dari seluruh dunia yang menyusup ke badan Organisasi Hitam. Tak berselang usang, yang kita saksikan berikutnya adalah kejar-kejaran mobil berkecepatan tinggi di jalanan Tokyo yang berujung pada terlemparnya kendaraan beroda empat si perempuan ke sungai. 

Perempuan misterius tersebut tak tewas. Dia hanya mengalami amnesia balasan benturan keras yang membawanya terdampar di wahana rekreasi gres, Tohto Aquarium. Mengalami kebingungan selama berjam-jam lamanya, takdir mempertemukannya dengan Conan Edogawa (Minami Takayama) beserta rombongan Grup Detektif Cilik yang ndilalah berencana menjelajahi Tohto. Mencium adanya sisi menarik yang mampu digali melalui perempuan tersebut, Conan mengajaknya berkeliling seraya mencoba mengumpulkan data-data dari pihak kepolisian dan Professor Agasa (Kenichi Ogata) yang dipercaya memperbaiki ponsel genggam si wanita yang rusak. Berdasarkan gosip yang dihimpun, besar kemungkinan wanita ini mempunyai keterkaitan dekat dengan Organisasi Hitam bahkan bisa-mampu – mirip kecurigaan Ai Haibara (Megumi Hayashibara) – merupakan sosok dibalik isyarat nama ‘Rum’ atau dengan kata lain, orang nomor dua di Organisasi Hitam sehabis Bos. Di tengah-tengah upaya Conan mencoba memecahkan misteri identitas si perempuan misterius, tiga pembunuhan terjadi di belahan dunia lain. Korbannya, para mata-mata yang namanya tercatut dalam NOC! 

Kobun Shizuno hampir tak memperkenankan intensitas yang telah terbentuk tinggi sejak prolog mengasyikkan – walau terbilang familiar alasannya adalah bukan kali pertama franchise ini dibuka oleh adegan kejar-kejaran mobil – untuk mengendur. Selepas si wanita berkenalan dengan para personil Grup Detektif Cilik, satu persatu petunjuk dibeberkan guna tetap mengobarkan kepenasaran penonton terhadap identitas si perempuan yang bahu-membahu dan tatkala petunjuk pertama memaparkan adanya koneksi ke Organisasi Hitam, daya cekam menyembul. Menariknya, naskah racikan Takeharu Sakurai turut menawarkan sedikit kompleksitas dengan membentuk adanya relasi persahabatan hangat antara trio Ayumi (Yukiko Awai), Mitsuhiko (Ikue Otani), dan Genta (Wataru Takagi) bersama si wanita terlebih sesudah agresi menyelamatkan nyawa Genta. Tapi apakah dia benar-benar bisa dipercaya? Maksudnya, mampu saja kan fase amnesia hanya bagian dari sandiwara belaka demi mengecoh pihak-pihak yang mengincar NOC seperti FBI dan CIA? Jika memang demikian kenyataannya, bukankah itu berarti bocah-bocah personil Grup Detektif Cilik tengah terancam bahaya? Keingintahuan penonton yang besar terus dipermainkan sepanjang The Darkest Nightmare yang laju penceritaannya dialunkan cukup kencang – malah hingga post-credits scene yang terbilang heartbreaking

Di satu sisi kita menaruh kecurigaan pada si wanita, tapi di sisi lain kita juga menaruh simpati padanya sehingga begitu kebenaran terungkap ada ketidakrelaan menyaksikan korelasi si perempuan bersama para bocah yang terancam retak. Sebelum kita memperoleh tanggapan atas pertanyaan “dimana bekerjsama si perempuan misterius ini menempatkan dirinya?”, klimaks eksplosif cenderung over-the-top yang telah menjadi ciri khas franchise Detective Conan menampakkan diri. Berlangsung di Tohto Aquarium, 20 menit terakhir adalah bab terbaik dari The Darkest Nightmare bahkan sepanjang sejarah franchise-nya menyelidiki betapa cakupan skalanya telah ditingkatkan berkali-kali lipat dari biasanya. Sederet abjad penting saling terhubung secara meyakinkan, beberapa diantaranya termasuk para anggota utama Organisasi Hitam (Gin, Vodka, Chianti, dan Korn) malah berkonfrontasi dalam tabrak tembak yang menggenjot adrenalin. Sensasi tegang pekat menyelimuti sebelum balasannya tergantikan oleh kepedihan alasannya adalah dipaksa menerima kehilangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan? Ya, kala secara umum dikuasai film layar lebar hasil pembiasaan anime laku kian tersengal-sengal begitu menapaki seri belasan, Detective Conan justru semakin perkasa. Diantara lima seri yang telah saya sebutkan di paragraf pembuka, The Darkest Nightmare lah paling kokoh.

Outstanding (4/5)

Post a Comment for "Review : Detective Conan: The Darkest Nightmare"