Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

(Special) Feel Good Movies Yang Bikin Hati Senang Versi Cinetariz


Tahun 2020 baru memasuki bulan keempat, tapi hamba sudah dibikin kembang kempis tak karuan. Berbagai gosip tak menggembirakan dan cobaan terus mendera tiada habis-habisnya sedari awal tahun,  yang lalu mengalami eskalasi secara cepat tatkala kita semua diperkenalkan kepada satu penduduk gres, Covid-19. Dia jelas bukan penghuni anyar yang ramah alasannya adalah seantero masyarakat dunia dipaksanya untuk berhenti membentuk kerumunan, membuat jarak dengan insan lain, dan berdiam diri di rumah. Apabila kau menolak untuk mengikuti perintahnya, ada konsekuensi tidak main-main yang harus ditanggung.

Siapapun tentu bisa mencicipi, mengisolasi diri di rumah terperinci bukan perkara mudah. Terlebih kalau di waktu bersamaan dibarengi mengonsumsi info mengenai Covid-19 yang acapkali depresif, serta tekanan-tekanan lain yang bersifat internal maupun eksternal. Butuh distraksi – diluar kesibukan berguru dan bekerja tentunya – yang sanggup membuat kita terus melihat adanya cahaya jelas benderang sehingga mampu bertahan melewati hari demi hari dan tidak terbebani oleh pikiran-pikiran yang berpotensi melemahkan imunitas badan. Saya sendiri berupaya untuk mengagendakan sederet aktivitas untuk dilakukan, salah satunya yakni aktif menonton film.

Yang sedikit membedakan dari aktivitas nonton film sekali ini adalah, saya selalu menyempatkan untuk nonton setidaknya satu film yang bikin hati besar hati, lega, atau nyaman. Dengan kata lain, feel good movies wajib hukumnya disimak saban hari. Entah itu gres rilis beberapa waktu belakangan, maupun sudah bertahun-tahun lampau. Tujuannya jelas sederhana, supaya mood tetap stabil dan tidak terjun bebas di periode-abad sulit ini. Entah dengan kalian, tapi bagi aku pribadi, menyaksikan film yang menghibur nan menghangatkan hati plus mendengarkan musik yang riang bangga merupakan salah satu solusi termudah untuk membuat energi konkret.

Itulah mengapa dalam postingan kali ini, aku hendak menyebarkan sedikit rekomendasi film yang memperlihatkan efek samping mirip senang, mencicipi kehangatan di hati dan memandang kehidupan secara optimistis. Sebagian besar diantaranya ialah film-film yang memang sering saya andalkan untuk membangkitkan mood, sementara sisanya terdiri atas feel good movies dari beberapa tahun terakhir yang membekas di hati.

Tanpa berpanjang lebar lagi, inilah puluhan judul film yang semoga saja akan membantumu dalam melupakan betapa mengerikannya dunia ini sehingga energi kasatmata tetap membara. Judul diurutkan menurut aksara, bukan peringkat.


·         About Time (2013)

Kisah penjelajahan waktu dari seorang lelaki untuk memenangkan hati perempuan idamannya ternyata tak hanya memberi kita momen elok-cantik menggemaskan. Ada kehangatan muncul dari hubungan ayah-anak yang sekaligus berfungsi sebagai ‘corong pesan watak’ untuk About Time: manfaatkan waktumu dengan orang terdekat semaksimal mungkin. Kamu hanya hidup sekali dan kamu tidak pernah tahu kapan perpisahan akan tiba.




Ali's Wedding (2017)

Dikekang tradisi, seorang pria dari keluarga Muslim konservatif menentukan berbohong ihwal mimpi dan kehidupan asmaranya. Ali's Wedding membawa kita meninjau komunitas Muslim di Australia melalui tontonan indah yang mengundang tawa, senyum, serta air mata haru. Mudah terhubung dengan narasinya alasannya topik pembicaraan yang universal seputar cinta terhalang perbedaan, obsesi pada kedudukan, tuntutan untuk mengikuti jejak orang tua, hingga harapan membanggakan keluarga.


·         Almost Famous (2000)

Almost Famous mengajak kita mengikuti perjalanan tur nasional dari suatu band rock n roll dengan memakai perspektif dari seorang calon jurnalis muda. Disokong oleh chemistry luar biasa dari setiap pelakon, saya pun secara otomatis tenggelam ke dalam hingar bingar kehidupan para personil grup musik berikut pemuja setianya. Di sepanjang durasi kita dibikin tertawa, menghentak-hentakkan kaki, tersentuh dan dikala film menjumpai ujungnya, aku menyunggingkan senyum lebar.


·         Amelie (2001)

Tampilan visual Amelie yang cakep terperinci ampuh dalam memanjakan mata. Tapi lebih dari itu, narasinya yang dicelotehkan secara unik dengan bubuhan humor disana sinilah yang menciptakan hati hamba terpikat. Tentang seorang wanita muda kesepian yang menetapkan mendedikasikan hidupnya untuk membahagiakan orang lain. Alasannya sederhana, ada perasaan bungah kala dia melihat seseorang tersenyum senang. Manis sekali, bukan? 


The Artist (2011)

Dikemas dalam bentuk film hitam putih dan tanpa dialog, The Artist merupakan sebuah surat cinta yang dihaturkan untuk film bisu. Absennya suara tokoh di sini membuat film bergantung sepenuhnya kepada para pemainnya yang ekspresif serta naskah yang sekalipun sederhana dalam bertutur namun terasa manis dan jenaka. Saya benar-benar dibentuk jatuh hati kepada film ini. What a wonderful movie to celebrate cinema! 


·         Bring It On (2000)

Saat sedang butuh tontonan penyemangat, Bring It On kerap menjadi pilihan utama. Ini memang bukan menu inspiratif ihwal usaha tim pemandu sorak dalam mencapai kejayaan, melainkan lebih ke tontonan komedi yang energinya melimpah ruah dari awal sampai tamat. Sulit bagi hamba untuk menahan gelak tawa dalam menengok tingkah polah para karakternya terutama dalam salah satu babak kompetisi yang tak pernah disangka-sangka bakal berujung kacau… tapi lucu.   




Brother of the Year (2018) 

Dibawakan dengan gaya komikal, sulit untuk tak tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan Brother of the Year yang menguliti tema sibling rivalry ini. Membuat saya teringat pada segala pertengkaran dengan abang semasa masih sama-sama gampang meledak. Usai dibentuk ngakak tak berkesudahan di paruh awal, film perlahan menciptakan air mata menetes memasuki babak klimaks yang menegaskan pesan klasik mengenai keluarga. Ada kelegaan diiringi impian untuk memeluk saudara selepas menontonnya.


Cek Toko Sebelah (2016)

Melalui Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa menghadirkan narasi menggigit yang mengetengahkan pada percikan-percikan konflik dalam satu keluarga yang dipicu oleh toko kelontong. Dengan momen komedik dan dramatik yang berhasil melebur mulus, tak pelak Cek Toko Sebelah mampu mengundang banyak air mata penonton. Baik air mata senang alasannya humornya amat efektif maupun air mata haru karena kehangatan kisahnya. 



·         Charlie and the Chocolate Factory (2005)

Charlie and the Chocolate Factory tak ubahnya secangkir coklat hangat yang tak saja bisa membuat hati hening, tetapi juga membangkitkan semangat. Dalam pembiasaan literatur anak klasik rekaan Roald Dahl ini, kita diajak berpetualang menyusuri pabrik coklatnya Pak Willy Wonka yang di dalamnya penuh dengan keajaiban, kesenangan, serta tentu saja, coklat. Ah seandainya saja pabrik seperti ini memang aktual adanya. 


·         Chef (2014)

Ada dua alasan khusus mengapa Chef termasuk comfort movie untuk menentramkan hati yang tengah resah gulana. Pertama, jalinan pengisahannya menyoal seorang ayah yang mencoba memperbaiki hubungannya dengan putra tunggalnya. Dan kedua, kuliner-makanan yang dihamparkan di sepanjang durasi. Jangan nonton film ini saat lapar atau kamu bakalan klepek-klepek tak berdaya mirip aku dikala melihat adegan memasak roti panggang keju.


·         Cinema Paradiso (1988)

Cinema Paradiso yaitu sebuah film yang mengingatkan aku kepada kala kecil dan alasan mengapa diri ini mampu jatuh cinta kepada sinema. Setiap menontonnya saya selalu dibuat tertawa, tersentuh, serta menyeka air mata bahagia. Iringan musiknya membekas di hati, begitu pula dengan adegan penutupnya yang dirangkai dengan begitu indah. Oh, what a lovely movie!


·         Crazy Rich Asians (2018)

Berkat tontonan komedi romantis ringan ini, saya dibikin senyum-senyum gemas di sepanjang durasi seraya terkekeh dan merasakan adanya kehangatan dalam hati. Istimewanya lagi, Crazy Rich Asians memiliki barisan huruf mudah dikenang yang konfigurasinya terdiri atas protagonis utama yang tangguh, antagonis yang ngeselin bukan main, serta tokoh pendukung yang kocak dan bijaksana. Jangan lupakan pula, film juga punya desain produksi yang amboi dan penempatan lagu pengiring yang cihuy.


Dangal (2016)

Pada mulanya, Aamir Khan tampak seperti raja tega saat menggembleng putri-putrinya untuk berlatih sebagai pegulat. Terdengar pula tak realistis sebab, well, India tidak memiliki pegulat wanita. Tapi seiring berjalannya durasi Dangal, kita bisa memahami motivasi sang ayah sampai-hingga bersedia bersorak kepada keluarga pejuang ini agar mereka berhasil menggapai cita-cita. Satu film berdasar kisah positif yang memperbincangkan kesetaraan gender secara menyentuh dan menyenangkan, tanpa pernah terkesan menceramahi.


·         Dear Zindagi (2016)

Menonton Dear Zindagi tak ubahnya sedang mengikuti sesi terapi dengan seorang psikolog. Melalui film ini, penonton diajak untuk memaknai kembali kehidupan yang tidak sempurna menggunakan kacamata berbeda. Cocok ditonton bagi siapapun yang berharap mampu menemukan kedamaian balasan konflik dengan orang bau tanah, pasangan, maupun diri sendiri. Saya mencicipi adanya kelegaan selepas mendengar wejangan-wejangan dari Shah Rukh Khan.


·         Dolemite is My Name (2019)

Biopik dari seorang entertainer periode 70-an ini tanpa pernah hamba duga, ternyata mampu bikin saya ketawa guling-guling berulang kali. Lucu dan menghibur sekali. Lebih dari itu, Dolemite is My Name pun mempunyai kemampuan untuk menginspirasi menyusul jalinan pengisahannya yang berkutat pada tekad bulat seorang laki-laki dalam mewujudkan keinginannya. Di sini, Eddie Murphy kembali mengingatkan publik bahwa ia masihlah salah satu pemain drama komedi terbaik di muka bumi.  


·         Elf (2003)

Walau berlatar Natal dan sosok Sinterklas punya tugas penting di sini, Elf mampu dikudap dalam trend apapun. Semangat beserta keceriaan yang dimunculkan oleh film ini tak pernah gagal menciptakan aku kembali bangun di dikala sedang terpuruk. Will Ferrell bermain cemerlang sebagai elf “abal-abal” yang memandang segala aspek kehidupan secara polos bak bocah cilik, dan disitulah poin utamanya. Akan ada jalan untuk setiap dilema ketika kita bersedia untuk percaya, saat kita memiliki kemauan, dan dikala kita berpikiran kasatmata.



The Emperor's New Groove (2000)

Apabila dunia ini adil, The Emperor's New Groove semestinya menjadi salah satu film animasi terkenal dan diperhitungkan. Film ini mempunyai kemampuan untuk mengajak penonton cilik bergembira, tanpa pernah melupakan "kebutuhan" penonton dewasa untuk turut diajak bersenang-senang. Lawakannya yang sungguh kocak cocok disantap lintas generasi, sementara plotnya dengan pesan bijaksana mengenai kerendahan hati dan kebaikan tentu tak lekang waktu.    


·         Enchanted (2007)

Amy Adams berperan sebagai putri dari negeri dongeng sejatinya sudah cukup menjadi alasan mengapa Enchanted mesti ditonton ketika mood sedang berulah. Tapi kalau butuh alasan lain, maka itu yaitu narasi dan pendekatan yang ditempuh oleh film ini. Dicelotehkan secara jenaka serta tak biasa, film menyindir formula-formula klasik dari dongeng “putri mencari cinta pangeran” di film animasi lawas milik Disney yang acapkali terlampau aneh untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan konkret.  


·         The Family Man (2000)

The Family Man menghadirkan tontonan sentimentil yang akan membuatmu terenyuh dan tersenyum ketika menyaksikan narasinya yang berbincang wacana prioritas, kehidupan, serta cinta. Di sini film meminta kita untuk merenungi lalu menilai kembali keputusan-keputusan besar yang telah kita ambil. Apakah kita telah puas dan senang dengan jalan hidup yang kita tempuh? Jika ada kesempatan untuk mengubahnya, akankah kita mengambilnya? 



·         Ferris Bueller’s Day Off (1986)

Jangan terlalu serius dan nikmatilah hidup yaitu satu pesan besar yang diutarakan oleh Ferris Bueller’s Day Off. Si abjad utama dikisahkan membolos pada suatu hari dengan berpura-pura sakit, lalu menetapkan untuk berkeliling kota bersama sahabat-sahabatnya. Di ujung durasi setelah petualangan singkat yang mengasyikkan, ia mengingatkan penonton bahwa waktu berjalan dengan cepat. Nikmatilah hidupmu semaksimal mungkin sehingga tak ada penyesalan yang tersisa.


·         Field of Dreams (1989)

Seorang laki-laki menerima “bisikan gaib” buat membangun lapangan baseball di ladangnya… dan itu jelas abnormal. Namun yang lebih asing lagi, ia menyanggupinya sekalipun orang-orang di sekelilingnya menilainya asing. Dari problem ini, Field of Dreams menghadirkan rentetan adegan yang akan membuatmu ingin memberi pelukan hangat kepada orang renta. Kenapa begitu? Ya, sebab film ini memperbincangkan perihal keluarga disamping keberanian, kepercayaan, serta determinasi.


·         Fighting with My Family (2019)

Siapa menduga film biopik tentang petarung gulat di WWE bisa luar biasa hangat mirip Fighting with My Family? Kehangatan tersebut muncul dari perjuangan si tokoh utama untuk menunjukan kelayakannya bertahan di daerah yang diimpikannya. Selain itu, film juga mengelaborasi pesan yang tersirat berbunyi “Tuhan menunjukkan jalan lain dibalik kegagalanmu” yang sedikit banyak membantu kita untuk legowo dalam mendapatkan ketidakberhasilan.


·         Forrest Gump (1994)

“Hidup itu penuh dengan kejutan mirip sebuah kotak coklat”, begitu kata salah satu aksara dalam Forrest Gump. Dan memang, begitulah yang dialami oleh sang huruf tituler dan kita sendiri. Tak ada cara lain yang lebih baik untuk menanggapinya selain menerima kejutan-kejutan tersebut dengan merangkulnya akrab-akrab. Bukankah itu menciptakan hidup menjadi terasa lebih berwarna dan mengasyikkan? Persis seperti apa yang dilakoni oleh Forrest Gump.


·         Four Sisters and a Wedding (2013)

Salah satu film Filipina yang menggoreskan kesan besar lengan berkuasa di hati. Tentang pernikahan si putra bungsu yang memaksa kakak-kakak perempuannya untuk pulang ke rumah… dan boom, masalah menghujam. Four Sisters and a Wedding sendiri dicelotehkan secara lucu sebelum kesannya menguras air mata. Bukan sebab kesedihan yang bikin hati nelangsa, melainkan karena terkoneksi dengan persoalannya. Persoalan yang rasa-rasanya bisa dijumpai dalam keluarga manapun. Menontonnya bersama anggota keluarga sangat disarankan.



Girls Trip (2017)

Suatu dikala, saya sedang berniat nonton komedi rusuh dan takdir mempertemukan saya dengan Girls Trip yang lawakannya tak ada kontrol. Dikreasi segila mungkin, dikreasi sekacau mungkin. Tiffany Haddish melepas segala urat malunya dalam film yang bercerita ihwal liburan empat teman ini. Bagusnya lagi, film pun tak lupa membubuhkan momen menyentuh saat membicarakan perihal persahabatan usai mengajak penonton berpesta pora di sebagian besar durasi.  


·         Good Will Hunting (1997)

Seperti halnya Dear Zindagi, menonton Good Will Hunting pun mirip mengikuti sesi terapi. Bedanya, kali ini dipandu oleh Robin Williams (rest in peace!) dan lebih menekankan pada pencarian jati diri. “Apa yang bergotong-royong kau inginkan dalam hidup ini?” ialah pertanyaan yang terus menerus diulang di sepanjang durasi. Seraya menyimak perkembangan si aksara utama dalam menyadari minat dan bakatnya, penonton pun ikut diajak berkontemplasi mengenai pilihan hidup yang seringkali dipengaruhi oleh keengganan untuk “mengkhianati” lingkungan sekitar.  


·         Green Book (2018)

Perbincangan ihwal rasisme, segregasi, dan kemanusiaan yang umumnya dikemas kompleks, dituturkan secara ringan tapi kaya nutrisi oleh Green Book. Diejawantahkan ke bentuk road trip movie dan kisah persahabatan dari dua manusia berbeda ras, film justru terasa efektif dalam menyampaikan pesannya yang mendalam. Sebagai ganti narasi depresif yang sulit ditengok yaitu narasi penuh canda tawa yang menghembuskan optimisme sehingga saat film berakhir tak ada lagi kemarahan kepada dunia. Hanya ada cinta dan belas kasih.


·         Groundhog Day (1993)

Terbangun di hari yang sama secara berulang-ulang jelas definisi bahwasanya dari mimpi jelek. Groundhog Day terasa relevan dengan situasi karantina kini ini dimana hari demi hari terasa tiada bedanya. Apa yang terjadi kini tak ubahnya pengulangan dari apa yang terjadi kemarin, dan ini tentu bikin frustrasi. Tapi apa ini menunjukkan alasan bagi kita untuk mengalah? Dalam film, tentu si karakter utama tidak demikian. Malah keapesan tersebut memicunya melaksanakan perubahan. Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakoninya agar hari-harinya tak lagi sama.


The Help (2011)

Tema berat seputar segregasi di kurun diberlakukannya Jim Crow dikemas ke dalam sebuah film ringan yang mengundang gelak tawa dan air mata, tanpa pernah menanggalkan kesan pahit dari aturan tak berkeperimanusiaan itu. Didukung jajaran pemain yang brilian, The Help terangkat ke tingkatan lebih tinggi yang memberi sensasi lega usai menonton. Inilah sebuah film yang mengingatkan kepada para penontonnya untuk selalu memanusiakan manusia, tanpa memandang ras, suku, agama, maupun jenis kelamin.


Hidden Figures (2016)

Topik obrolannya boleh saja berat menyoal ras, gender, matematika, luar angkasa, dan sejarah. Namun Hidden Figures mampu melantunkannya secara ringan dan menyenangkan tanpa pernah mengalienasi penonton yang tidak menaruh minat pada topik-topik tersebut. Disamping menunjukkan rasa hangat berkat adanya kepedulian mendalam terhadap nasib karakter utamanya, tidak sedikit pula humor diselipkan diantara rongga-rongga konflik yang hampir kesemuanya bertaji dalam mengundang gelak tawa penonton.


·         Instant Family (2018)

Kalau ada film yang membuatku ingin berumah tangga, Instant Family yaitu jawabannya. Menyaksikan dua tokoh utamanya berupaya untuk menjadi orang renta layak bagi ketiga anak angkatnya mendorongku berujar, “awww…” Manis sekali, hangat sekali, dan memotivasi sekali. Ditunjang chemistry hidup dari setiap pelakon, mudah rasanya untuk mempercayai bahwa mereka yakni keluarga betulan. Mereka saling peduli antara satu sama lain dan itulah salah satu fondasi utama dalam membentuk keluarga harmonis.


·         The Intern (2015)

Duo Anne Hathaway-Robert De Niro menawarkan chemistry ciamik sebagai dua manusia beda generasi yang tampak saling membutuhkan antara satu dengan lain. The Intern memberi pengutamaan kepada “insan yaitu makhluk sosial” dimana kita pada karenanya tidak mampu hidup sendiri tanpa menjalin hubungan dengan orang lain. Obrolan soal ikatan persahabatan ini kemudian dipertemukan dengan isu-informasi lain di masa modern seperti tekanan dunia kerja, ambisi mencapai kesempurnaan, sampai kesepian. Percayalah, kau akan tergelak-gelak sekaligus menyeka air mata ketika menonton film ini. 


·         The Intouchables (2011)

Dua manusia dari kelas sosial berbeda membentuk ikatan persahabatan yang tak dinyana-nyana. Yang satu kaya raya tapi lumpuh dan kesepian, sementara yang satu ialah mantan napi yang kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga. Perbedaan diantara mereka tak saja memicu gelak tawa, tetapi juga momen-momen yang akan membentuk lekukan senyum di bibirmu. The Intouchables menghadirkan menu hangat pembangkit semangat yang tak pernah ada bosan-bosannya untuk aku tonton ulang.


·         Julie & Julia (2009)

Amy Adams dan Meryl Streep dipersatukan dalam satu layar? Count me in. Yang lebih menggoda lagi, Julie & Julia dipenuhi dengan parade makanan-kuliner lezat yang akan membuat perutmu keroncongan dan air liur menetes-netes. Plot yang dikedepankannya pun menginspirasi, perihal seorang perempuan yang bertekad untuk memasak resep buatan koki populer selama satu tahun penuh. Terkesan seperti aktivitas yang sia-sia. Tapi si protagonis melakoninya dengan cinta, hasrat, serta kesungguhan, dan kerja kerasnya tersebut membuahkan hasil.


Klaus (2019)

Sebuah interpretasi gres atas cerita asal mula Sinterklas ini dihantarkan secara jenaka, seru, sekaligus menyentuh. Ditunjang oleh tabrakan animasinya yang sangat elok dimana setiap menitnya tak ubahnya lukisan di galeri seni, lagu pengiring yang gampang nyantol di indera pendengaran, serta pesan klasiknya yang mengena perihal mengembangkan kebaikan, semakin sulit untuk menolak pesona Klaus begitu saja. Saya tidak hanya dibentuk bergembira selama menontonnya, tetapi aku juga mencicipi ketenangan hati dan saya pun dibuat terpukau oleh sisi magisnya yang menguar kuat. 


·         Kuch Kuch Hota Hai (1998)

Tontonan periode kecil yang entah sudah berapa kali ditonton sampai hafal diluar kepala setiap momen, obrolan, dan lagu-lagu yang menghiasi Kuch Kuch Hota Hai. Ini ialah hidangan paket komplit dimana kau akan dibuat gregetan oleh dongeng cinta segitiga antara Rahul, Anjali, serta Tina, kemudian tergelak-gelak oleh  interaksi antar karakternya, kemudian tersentuh dengan plot yang menyangkut Anjali (baik cilik maupun sampaumur), hingga kesudahannya kecanduan soundtrack-nya yang kesemua tembangnya mengendap berpengaruh di ingatan.  


·         La La Land (2016)

Oh, betapa aku mencintai La La Land. Sedari menit pembukanya yang menguarkan kegembiraan, hamba tak henti-hentinya dibuai oleh jalinan pengisahannya dan nomor-nomor musikalnya yang selalu menarik hati saya untuk ikut bersenandung. Ada banyak momen layak dikenang di sini yang juga menciptakan terperangah mirip pesta penghuni Los Angeles yang meriah di permulaan film, atau dikala dua sejoli yang dimabuk cinta berdansa-dansi di planetarium berlatarkan alam semesta. Saya tak pernah melewatkan film ini setiap kali tayang di kanal televisi berbayar, dan setiap kali menonton, hati selalu dibuatnya bungah.


·         Last Christmas (2019)

Last Christmas yakni film yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai underrated gem. Kemasan luarnya memberi kesan bahwa ini merupakan tontonan percintaan picisan – dan bergotong-royong tidak ada yang salah dengan itu – yang membuat banyak orang meremehkannya. Padahal, selain memiliki humor beserta momen romantis yang menggemaskan berkat karisma dua pemain utamanya, ada obrolan mengena tentang kehidupan di sini. Sebentuk dialog yang mengingatkan penonton untuk berhenti terobsesi pada pencapaian besar tanpa makna, dan lebih berfokus pada berbuat baik kepada sesama.


·         Life of Pi (2012)

Tidak hanya memiliki visual mencengangkan, Life of Pi juga diberkahi narasi yang akan mendorongmu untuk merenung. Berceloteh ihwal seorang sampaumur yang terapung di lautan luas bersama seekor harimau, film mengajukan topik soal keimanan.  Ditengah situasi serba tidak menguntungkan, apakah kau akan tetap meyakini Tuhan atau justru mengabaikan-Nya? Jika kau tetap meyakini-Nya, mengapa Tuhan rela menempatkanmu dalam situasi sulit yang seolah tanpa solusi? Film ini akan memberimu siraman rohani yang menyejukkan hati, tak peduli apa agamamu.


·         Mamma Mia Here We Go Again (2018)

Jilid pertamanya memang agak norak (walau tetap asyik), tapi sekuelnya yang bertajuk lengkap Mamma Mia Here We Go Again ini berada di kelas berbeda yang lebih unggul. Ada cerita menyentuh soal motherhood, ada pula sajian wajib berupa momen musikal penuh dansa dansi yang energinya akan membuatmu merasakan kebahagiaan. Tembang milik ABBA terdengar segar kembali di film yang mengingatkan aku sekali lagi mengapa diri ini mampu jatuh hati kepada film musikal.


·         The Mask (1994)

Jim Carrey di awal-awal karir yaitu Jim Carrey terbaik. Dari sederet kegilaan yang ditampilkannya, bagi hamba The Mask lah yang paling nancep di ingatan. Materi sumbernya berupa komik diterjemahkan secara jitu ke dalam bahasa gambar yang serba over-the-top. Bukan kelebayan yang menjengkelkan, melainkan sangat efektif berkat lakon si pemain utama yang memang punya bakat besar dalam ngebanyol. Alhasil, gelak tawa menyaksikan tingkah polah si muka karet berwarna hijau pun tak berhenti-berhenti. 


·         Mean Girls (2004)

Mean Girls adalah film yang sangat, sangat menyenangkan. Humornya cerdas, tepat target, dan begitu nampol. Beberapa kali menonton, tetap saja hamba dibuat ngikik menyaksikan polah serta mendengarkan celetukan dari Plastic Girls yang sepintas tampak aneh tapi konkret adanya. Film ini menghadirkan satir apik terhadap kehidupan ciwi-ciwi di SMA yang kerap disebut sangat ganas nan mematikan bagi mereka yang tak pernah siap buat bertempur. 


·         My Neighbor Totoro (1988)

Totoro itu salah satu karakter paling menggemaskan yang pernah ada dalam sejarah sinema. Begitu juga dengan Catbus. Keduanya sudah cukup menjadi alasan bagi diri ini untuk selalu mengulang-ulang buat menonton My Neighbor Totoro, selain alasannya ceritanya yang menenangkan perihal kepolosan anak kecil dan kesederhanaan hidup di pedesaan.


·         My Sassy Girl (2001)

Pertama kalinya aku berkenalan dengan sinema Korea ya berkat My Sassy Girl, dan aku eksklusif jatuh cinta pada pandangan pertama. Guyonannya efektif dalam mengundang gelak tawa, sementara momen romantisnya menciptakan hamba ber-“aww aww” tak karuan. Lagu beserta musik pengiringnya yang nempel memang membawa nuansa sentimentil berpengaruh yang menghadirkan kesenduan. Tapi keputusan film untuk merealisasikan ungkapan “jika jodoh tak akan kemana” menciptakan saya mampu tersenyum senang seraya menyeka air mata haru selepas nonton.


·         National Treasure (2004) / National Treasure: Book of Secrets (2007)

Saya jarang mengandalkan film langgar untuk membangkitkan mood. Namun dwilogi National Treasure yang jauh lebih seru ketimbang versi layar lebar dari The Da Vinci Code ini tak pernah mampu membuat saya berhenti nonton tiap kali nongol di televisi. Selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, sekalipun telah mengetahuinya secara persis. Di film ini, aku serasa diajak untuk menguak eksistensi harta karun besar… dan itu terang sangat menyenangkan.


·         Notting Hill (1999)

Dalam Notting Hill, sang “pangeran” bukanlah abjad si cowok melainkan si cewek yang digambarkan sebagai seorang aktris Hollywood kenamaan. Itu menyegarkan, begitu halnya dengan obrolan-dialog yang bermunculan dan chemistry dua pemain utama yang kece angin puting-beliung. Saya bisa menjamin, kau akan tertawa, tersipu-sipu, dan tersentuh ketika menyaksikan kisah modern yang membuat hati terasa tentram ini. Plus, kamu mungkin juga akan datang-tiba kecanduan dengan tembang “When You Say Nothing At All” versinya Ronan Keating.   


·         Paddington (2014) / Paddington 2 (2017)

Di abad mendatang, dwilogi Paddington akan menjadi tontonan klasik yang semestinya disaksikan oleh seluruh keluarga. Betapa tidak, dua film ini memiliki paket komplit yang menjadikannya gampang untuk dicintai. Ada karakter-abjad simpatik, petualangan asyik, humor-humor polos nan menggelitik, serta pesan konkret yang semestinya terus didengungkan di dunia penuh kebencian ini. Si beruang coklat penggemar selai jeruk yang menjadi tokoh sentral punya prinsip hidup berbunyi “if we’re kind and polite the world will be right” yang terang sangat mulia. Bagaimana mungkin tidak jatuh cinta pada film-film ini?


·         The Parent Trap (1998)

Dulu pernah naksir berat dengan Lindsay Lohan yang sempat aku kira betulan kembar, ya alasannya The Parent Trap ini. Salah satu film favorit hamba yang senantiasa menunjukkan imbas riang gembira dan hati hangat setiap kali ditonton. Dari interaksi dua bocah kembar yang kocak bersama dengan keluarga masing-masing yang terpisah, ilham-pandangan baru menggelitik mereka untuk menggagalkan akad nikah sang ayah dengan seorang perempuan julid, sampai dongeng kasih kedua orang renta mereka yang anggun. Gara-gara menulis ini, aku jadi kepengen nonton ulang kan…


The Peanut Butter Falcon (2019)


The Peanut Butter Falcon ialah film sederhana yang lebih menekankan pada hubungan kepedulian yang terbentuk diantara para aksara kesepian alih-alih dihamparkan sebagai menu petualangan yang mendebarkan. Saya dapat merasakan adanya cinta kasih yang ikhlas diantara mereka, aku mampu mencicipi bahwa mereka saling membutuhkan, dan saya mampu mengatakan bahwa mereka yaitu definisi dari kata superhero. Mereka memang tidak menyelamatkan dunia dari marabahaya, tetapi mereka telah menyelamatkan diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar dengan kekuatan yang kita sebut cinta. Indah sekali.


Pitch Perfect 2 (2015)

Soal urusan bergembira ria, Pitch Perfect 2 memang melampaui pencapaian dari sang predesesor. Pengarahan dinamis dari sang sutradara memungkinkan penampilan dari setiap grup a capella terasa lebih bertenaga. Entah itu saat tampil di acara khusus sebagai undangan dilengkapi koreografi tari menghentak, duel dalam riff-off yang mengundang cukup banyak tawa (salah satu bab terbaik dari film), hingga performa puncak di World Championship Finale yang memberi sensasi megah selayaknya tengah menyaksikan konser musik.


·         Planes, Trains, and Automobiles  (1987)

Seorang laki-laki berniat menghabiskan libur Thanksgiving bersama keluarga, tapi nasib apes menggagalkan perjalanan pulangnya dan mempertemukannya dengan laki-laki yang terus menerus membuat dirinya jengkel bukan kepalang. Perbedaan karakteristik dari dua insan ini memercikkan tawa demi tawa dalam perjalanan darat dan udara yang adaaa saja hambatannya. Planes, Trains, Automobiles bernyawa berkat kekocakan duo pemain utamanya, selain alasannya adalah kehangatan kisahnya yang mengulik tentang persahabatan, kebaikan, dan kemanusiaan.


·         The Polar Express (2004)

Satu film andalan aku untuk ditonton selama libur Natal ini cocok pula dikudap sewaktu-waktu bersama seluruh anggota keluarga. The Polar Express membawa kita dalam perjalanan seru nan menaiki kereta malam misterius menuju kutub utara yang penuh dengan keajaiban. Nuansa magisnya menguar kuat, sementara narasinya yang mengulik soal “kekuatan mantra percaya” membuat hati terasa hening. Sebuah solusi bagi siapapun yang membutuhkan tontonan yang tak saja mengasyikkan, tetapi juga menunjukkan imbas menenangkan.


·         The Princess Diaries (2001)

Anne Hathaway memulai debut aktingnya di sini dan dia terlihat sungguh ayu. Cocok didapuk menjadi seorang putri dari kerajaan fiktif. Disamping pesonanya yang memancar, keahliannya berkelakar juga sudah nampak di The Princess Diaries yang tak pernah gagal menciptakan saya tergelak-gelak. Narasinya memang klise, tapi ketika segala elemen bekerja dengan baik (termasuk soundtrack-nya yang kece punya), siapa peduli?  Toh film ini bisa mengalirkan energi kasatmata, membuat hamba bahagia, dan itulah yang paling penting.


·         The Pursuit of Happyness (2006)

Saat memperbincangkan soal film pembangkit semangat dan inspiratif, The Pursuit of Happyness tentu tidak boleh terlewatkan. Malah mampu dibilang, ini tontonan wajib. Materi kisahnya sendiri mencakup semua yang diperlukan untuk menggugah gairah hidup manusia seperti usaha hidup dalam melewati terpaan angin ribut finansial, kegigihan dalam memperjuangkan mimpi, sampai keengganan untuk mengalah pada keadaan. Saya cukup yakin, matamu akan berkaca-beling dan api dalam dada akan membara selepas menonton film ini.  


Queen (2013)

Usai dicampakkan sang tunangan di hari ijab kabul, seorang wanita memanfaatkan paket bulan madunya untuk mencari pelipur lara. Queen tanpa basa-basi menyentil etika budpekerti di India yang dianggap mengekang perempuan dan shock culture lewat balutan dongeng perjalanan yang seru, penuh semangat, serta informatif, berbalut obrolan-obrolan jenaka penuh kejujuran yang akan memberimu perasaan senang seusai menontonnya. 



Real Steel (2011)

Real Steel tidak hanya menyoroti kebuasan para robot dalam menghabisi lawannya di atas ring tinju, tetapi juga melongok sisi emosionil dari korelasi personal antar karakternya. Ikatan yang terjalin diantara tokoh-tokoh kunci terasa besar lengan berkuasa, indah dan mengharukan. Tak pelak, film pun sanggup terhidang seru, disamping mengaduk-aduk perasaan serta memperlihatkan pelajaran yang berharga perihal kehidupan, "penebusan dosa", dan keluarga secara lembut. 


·         School of Rock (2003)

Saya sama sekali tidak keberatan memiliki seorang guru musik mirip Jack Black. Dia mempunyai selera humor elok dan metode pengajaran yang efektif sehingga setiap sesi berguru bersamanya terasa hidup, greget, dan candu. Alhasil, School of Rock yang dilantunkan dengan iringan tembang-tembang rock yang membakar semangat ini menjadi semacam satu kursus singkat yang sulit untuk dilupakan. Bukan mustahil kamu akan tertarik untuk mendaftar di kelas musik selepas menontonnya.


·         The Secret Life of Walter Mitty (2013)

Walter Mitty mempunyai banyak impian dalam hidupnya. Tapi sedikitnya waktu dan keberanian menghalanginya untuk merealisasikan mimpi-mimpinya hingga “alam” memanggilnya. The Secret Life of Walter Mitty memberikan semacam pendorong atau motivasi kepada siapapun yang terlalu takut dalam mewujudkan daftar-daftar harapannya. Terkadang yang dibutuhkan hanyalah spontanitas berbalut kenekatan sebab kalau kita terus menunggu, siapa yang bisa menjamin kesempatan akan datang menghampiri?



Secret Superstar (2017)


Secret Superstar adalah film kecil nan bersahaja ini sanggup mengobrak-abrik emosi penonton sedemikian rupa terlebih kalau kau memiliki relasi bersahabat dengan ibu. Lebih dari itu, ini yaitu sebuah film yang ditujukan untuk para wanita yang tidak mempunyai kebebasan dalam bersuara, para perempuan yang memiliki keberanian untuk mewujudkan mimpi, dan para ibu yang rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anaknya. 


·         Shrek 2 (2004)

Jilid pertamanya Shrek memang jenius, tapi favorit aku secara langsung sih instalmen keduanya. Alasannya sederhana saja: lebih gegap gempita. Selain adanya duo akhir hayat Donkey yang ceriwisnya level expert dan Puss in Boots yang gemas-gemas mematikan, Shrek 2 juga mempunyai momen-momen musikal yang akan mengajakmu ikut bersenandung seraya menggoyang-goyangkan badan. Sampai dikala ini, saya masih tak mampu menahan godaan untuk melantai setiap kali tembang “Holding Out for a Hero” yang dibawain Ibu Peri jahat, dan “Livin’ La Vida Loca” berkumandang. Jogetin yuk, shaaayyy…


·         Sing Street (2016)

Tumbuh di lingkungan yang konservatifnya kebangetan, aku tak pernah merasakan nikmatnya menjadi personil grup musik – well, sebab musik itu haram. Selepas menonton Sing Street, ada perasaan menyesal tak pernah memberontak dan memutuskan untuk aneh-gilaan bersama rekan-rekan di grup band. Film ini bisa memotret jiwa-jiwa muda yang menggelora dengan sangat mengasyikkan hingga-sampai kau akan berharap mampu memiliki abad sampaumur mirip mereka. Ditunjang adanya rentetan soundtrack yang nempel di indera pendengaran, pesona yang dipunyai oleh film ini pun lengkaplah sudah.


·         Sister Act (1992)

Pembawaan Whoopi Goldberg yang cenderung semau gue tidak hanya bikin kepala biarawati pusing tujuh keliling, tetapi juga membuat penonton ngikik-ngikik selama menonton Sister Act. Ya, dialah sumber utama tawa dalam film ini dan Bu Goldberg tak pernah setengah-setengah dalam ngelaba. Saat melontarkan humor, ia pastikan betul-betul bahwa humor ini dapat mengocok perut sedemikian rupa. Itulah mengapa tontonan komedi ini punya sederet momen kocak, plus satu dua momen musikal yang dirangkai asyik.


·         Small Soldiers (1998)

Kalau Toy Story kamu anggap terlalu lembut dan sentimentil, maka cobalah Small Soldiers yang menampilkan kesan gahar serta tidak segan-segan untuk menampilkan sedikit unsur kekerasan. Dalam film ini memang masih ada kehangatan dari elemen persahabatan para tokohnya, tapi jualan utamanya yakni momen-momen tabrak yang menyoroti pertempuran antara dua kubu mainan yang terdiri atas prajurit-prajurit perang. Jika kala kecilmu kerap bersentuhan dengan mainan, film ini terang menghadirkan nostalgia tersendiri.


Sunny (2011) / Bebas (2019)

Baik versi asli maupun remake, aku sama-sama menyukainya. Selaiknya film Korea bagus pada umumnya, Sunny mampu membolak-balikkan emosi hamba dari tadinya ngakak guling-guling menjadi bercucuran air mata. Meski dari sektor penceritaan Bebas masih berada di bawah sang materi sumber, film terbilang arif dalam melokalkan konten sehingga guyonan-guyonannya terasa lebih nonjok dan tembang-tembangnya yang jauh lebih familiar mampu mengajak kita untuk berdendang ria bersama. Saya benar-benar dibuat gembira selama menonton Bebas.  


·         That Thing You Do! (1996)

Walau efek sampingnya tidak sampai bikin diri ini pengen menjadi personil grup musik, That Thing You Do! tetap ampuh dalam membangkitkan kebahagiaan di sepanjang durasinya. Entah itu dikala melihat para karakter bersorak sorai alasannya adalah mendengar lagu mereka diputar di radio untuk pertama, atau dikala mereka mulai berkesempatan manggung di depan ribuan penggemar, maupun saat mereka kesudahannya tampil di televisi. Kebahagiaan para personil menular ke penonton yang memudahkan kita bersimpati penuh kepada mereka sampai-sampai lupa pada fakta bahwa The Wonders – nama grup musik tersebut – tidaklah nyata.


The Two Popes (2019)


Dalam The Two Popes, kita melihat dua Paus berdialog mengenai banyak hal yang lantas mengungkap bahwa mereka tak ubahnya manusia kebanyakan. Ada penyesalan, kesepian, serta krisis spiritual. Mengusung topik berat yang turut menyinggung skandal pelecehan seksual dari kaum pemuka agama Nasrani, film nyatanya bisa dihantarkan secara ringan tapi tetap mengena dan bermakna. Diluar percakapan serba genting, tampak kehangatan relasi diantara dua sosok penting ini dan tampak pula bahwa mereka saling menghormati satu sama lain. Inilah satu film yang sebaiknya tidak kamu lewatkan begitu saja – apapun agamamu – karena ini ialah dongeng ihwal persahabatan, belas kasih, dan kemanusiaan yang membuka mata sekaligus mendamaikan hati.


·         The Way, Way Back (2013)

Memiliki keluarga yang toxic yakni mimpi buruk bagi siapapun. Dalam The Way, Way Back, si protagonis tampak mirip karam dalam kesengsaraan akibat keluarganya yang tak suportif, hingga kemudian beliau menerima teman dari sosok dan daerah yang tak pernah disangka-sangkanya. Berkat dorongan dari mitra-kawan barunya inilah, dia termotivasi untuk membenahi hidupnya yang kacau balau. Berkat mereka pula, film memperoleh suplai lawakan menghibur berikut pengisahan yang membawa pada perenungan sekaligus menghangatkan hati.


·         While You Were Sleeping (1995)

Di satu sisi, While You Were Sleeping yakni film komedi romantis ringan yang bikin penonton jatuh hati kepada dua tokoh utamanya. Sedangkan di sisi lain, film ini merupakan film keluarga yang memperlihatkan kenyamanan di hati. Hamba mencecap adanya rasa nyesss melihat Sandra Bullock yang kesepian tiba-datang diterima dengan tangan terbuka, lalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengannya. Bagi aku, inilah yang mengakibatkan film ini sedikit berbeda dan lebih istimewa dibanding rekan-rekannya. “Kemenangan” dicapai bukan karena mendapatkan hati sang pangeran, melainkan hati keluarga si pasangan. Anget! 



·         Wonder (2017)

“When given the choice between being right or being kind, choose kind,” ialah pesan yang coba dihantarkan Wonder kepada penonton. Berceloteh ihwal upaya seorang bocah berusia 10 tahun untuk diterima di lingkungan pergaulan baru, film akan membuatmu tertawa, tersenyum, sampai mengusap-usap air mata yang menuruni pipi. Walau karakter utamanya ditampilkan berbeda dan kerap mengalami perundungan, film tak melantunkan kisahnya secara depresif. Justru, nadanya sangat optimistis sehingga cepat menulari penonton yang lantas menggebu-nggebu untuk ikut berpartisipasi dalam menjalankan misi menebar kebaikan kepada sesama.


·         Won’t You Be My Neighbor (2018)

Saya memang tidak memiliki kenangan sedikitpun dengan mendiang Fred Rogers. Tapi melalui film dokumenter bertajuk Won’t You Be My Neighbor yang merekam sepenggal perjalanan karir pemandu acara anak-anak ini, saya memahami mengapa warisannya sangat layak untuk dilestarikan. Beliau ialah figur yang diperlukan oleh masyarakat akil balig cukup akal ini yang kian kehilangan tenggang rasa. Dia mengajak publik untuk menebarkan cinta kasih, kemudian menghempaskan jauh-jauh sikap penuh prasangka. Sebuah film yang sangat indah dengan momen penutup yang akan membekas di hati dalam waktu usang.


·         Yes Man (2008)

Menyaksikan Jim Carrey menggila dalam tugas komediknya memang selalu menyenangkan, dan Yes Man menambahkan satu alasan lagi mengapa film ini ampuh dalam membangkitkan mood: pesan yang dibawanya. Di sini, Carrey dikisahkan mengambil tantangan untuk mengucap “ya” terhadap apapun yang ditawarkan kepadanya. Dari awalnya kerap memandang negatif pada semua hal – bahkan mulai menjauhi sobat-temannya – tantangan ini lalu memberinya perspektif baru mengenai kehidupan. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan bersungut-sungut, jadi mengapa tidak dijalani dengan penuh semangat, optimistis, dan mengambil setiap kesempatan yang ada?

***
Apakah kalian mempunyai film andalan lain yang tidak tercantum di atas? Jika ada, jangan ragu-ragu buat tulis di kolom komentar ya supaya mampu dijadikan tumpuan oleh aku dan pembaca lain.

Selamat menonton, tetap optimis, dan terus berbahagia yaaa!

Post a Comment for "(Special) Feel Good Movies Yang Bikin Hati Senang Versi Cinetariz"