Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Your Name


“There's no way we could meet. But one thing is certain. If we see each other, we'll know. That you were the one who was inside me. That I was the one who was inside you.” 

Setidaknya ada dua alasan berpengaruh mengapa Your Name (atau dalam judul orisinil, Kimi No Na Wa) banyak memantik rasa keingintahuan besar dari khalayak ramai. Pertama, film ini menempati urutan teratas tangga box office selama 12 pekan (!) dan sekarang telah nyaman berada pada posisi keempat film terlaris sepanjang kala di Negeri Matahari Terbit. Kedua, Your Name merupakan buah karya terbaru dari Makoto Shinkai. Kalau kau tidak pernah mendengar namanya, dia yaitu sutradara anime papan atas di Jepang ketika ini dengan barisan karya menakjubkan bermuatan sentimentil tinggi semacam 5 Centimeters per Second, Children Who Chase Lost Voices, serta The Garden of Words, dan digadang-gadang sebagai penerus sang maestro Hayao Miyazaki. Mendengar Shinkai-sensei merilis film gres saja bahu-membahu telah membangkitkan excitement, maka coba tambahkan dengan kabar bahwa karyanya sekali ini direspon luar biasa hangat oleh kritikus maupun penonton. Memang sebagus apa sih Your Name ini hingga-hingga hype di sosial media pun mampu sedemikian tinggi? Apabila itu pertanyaanmu, jawaban yang lalu mampu saya tawarkan sehabis menyaksikan filmnya di layar lebar yakni “believe the hype” 

Penceritaan di Your Name meletakkan fokusnya pada dua cukup umur Sekolah Menengan Atas, Taki (Ryunosuke Kamiki) dan Mitsuha (Mone Kamishiraishi). Taki tinggal di Tokyo bersama ayahnya, sementara Mitsuha yang diasuh oleh sang nenek menetap di kota pinggiran berjulukan Itomori. Takdir lantas menautkan dua cukup umur dari dua wilayah berbeda dan tidak saling mengenal satu sama lain ini melalui cara yang tak lazim, adalah pertukaran tubuh. Mitsuha seringkali datang-datang terbangun dalam tubuh Taki, begitu pula sebaliknya. Menjalani kehidupan gres dengan tubuh sama sekali ajaib pada mulanya menciptakan gegar budaya bagi masing-masing, terlebih mereka tidak sama secara gender. Namun lambat laun, mereka mulai menikmati keanehan ini dan menetapkan untuk saling membantu. Mitsuha mengerahkan ‘kekuatan femininnya’ untuk mendekatkan Taki dengan wanita yang ditaksirnya di tempat kerja paruh waktu, kemudian Taki menyuntikkan keberaniannya pada Mitsuha sehingga beliau tidak lagi mengalami penindasan serta berubah menjadi menjadi gadis terkenal di sekolah. Kendati keduanya hanya bisa berkomunikasi melalui catatan, mengembangkan pengalaman hidup satu sama lain berdampak ke merekatnya ikatan mereka yang berujung pada harapan untuk saling berjumpa. Hanya saja, mengatur pertemuan Taki dengan Mitsuha tidaklah semudah yang dibayangkan mengingat jarak ternyata bukanlah satu-satunya penghalang diantara mereka. 

Mengetahui Makoto Shinkai akan mengulik kisah mengenai body swap di Your Name, dahi ini seketika mengernyit. Disamping film bertema sejenis acapkali berakhir memprihatinkan – walau tidak sedikit pula yang terbilang layak simak, genre usungannya pun didominasi oleh komedi. Apakah si pembuat film sedang mencoba bereksperimen memakai genre lain selain romansa menghanyutkan? Kemudian kita juga tahu, Your Name bukanlah semata-mata tontonan komedi alasannya ini turut menggabungkan percintaan khas cukup umur, fiksi ilmiah, fantasi hingga disaster. Sesuatu yang terdengar sangat ‘penuh’ pula ambisius diatas kertas dan sejujurnya teramat sulit dibayangkan bagaimana kelimanya bisa diresonansi secara tepat tanpa harus ada yang dikorbankan apalagi memberi kesan dipaksakan. Namun Makoto Shinkai (lagi-lagi) berhasil menunjukan bahwa dirinya memang cocok menyandang gelar sebagai Raja Animasi periode kini melalui kepiawaiannya merangkai lima genre berbeda di Your Name. Mula-mula, film memulai langkahnya di jalur komedi – sesuai kodrat film terkait body swap. Menyoroti kecanggungan Taki dan Mitsuha untuk beradaptasi dengan tubuh dari lawan jenis. Guyonannya terletak pada bagaimana Taki mendadak feminin atau kebiasaan Mitsuha meremas-remas payudaranya di pagi hari. Nyerempet banget sih, tapi sama sekali tidak terkesan murahan dan sangat efektif memancing derai tawa penonton. 

Yang kemudian mengejutkan – terutama jika kau tidak tahu menahu wacana film ini atau karya-karya Makoto Shinkai, paruh kedua mempunyai nada pengisahan bertolak belakang. Intensitas kelakarnya mulai tereduksi dan perlahan-lahan menguarkan aroma sentimentil, menyusul keputusan Taki untuk menemui Mitsuha secara eksklusif di Itomori. Menceritakan apa yang terjadi sesudahnya akan kuat pada kenikmatanmu menonton Your Name, jadi lebih baik saya berhenti sampai disini. Satu hal yang terperinci, momen pencarian ini merupakan titik balik dari film dengan terbukanya pintu bagi genre lain yang lantas menggiringmu memasuki fase “harap-harap cemas”. Penonton merasakan kecemasan karena terkoneksi secara emosi pada Taki dan Mitsuha. Mereka ialah huruf biasa-biasa saja yang mampu kamu temui di sekitaran entah dalam wujud saudara, teman, tetangga, atau malah diri kita sendiri. Itulah mengapa begitu probabilitas perjumpaan keduanya menciut, muncul ketidakrelaan. Kita ingin melihat mereka bersatu, entah bagaimana caranya. Dengan turut dipermainkannya ekspektasi penonton, proses menuju akhir cerita kian menarik buat disimak. Bagusnya, Shinkai-sensei tak semata-mata mengabdikan dirinya untuk mengkreasi jalinan dongeng mendayu-dayu dalam perjalanan asmara Taki dengan Mitsuha demi menguras air mata penonton. Dia menaruh perhatian juga pada detil-detil lain semacam kultur setempat, unsur mistis Jepang, sampai rancangan latar lokasi yang mendekati kenyataan sampai-sampai sanggup meyakinkan penonton bahwa ini lebih dari sekadar film animasi berbasis romansa fantasi belaka. 

Ya, Your Name tidak saja elok ditinjau dari cara si pembuat film menggulirkan kisah, tetapi juga anggun secara visual. Kelihaian Shinkai-sensei membentuk spektakel memanjakan mata memang tidak perlu diragukan mengingat itulah keunggulan utamanya (tontonlah The Garden of Words yang gila itu!), tapi lewat Your Name – berkat sokongan dana berlimpah, beliau membuat standar lebih tinggi lagi. Menunjukkan, corat coret di atas kanvas pun mampu menghasilkan daya magis sama besarnya dengan CGI. Komet, aurora, senjakala, bulir-bulir salju, lanskap kota Itomori yang tersusun atas pegunungan dan danau, hingga pemandangan kota Tokyo digoreskan menakjubkan. Bersatu padu dengan iringan musik menghentak namun menghanyutkan dari RADWIMPS, visual cantik ini menyokong tepat penceritaan yang digulirkan begitu mulus oleh Shinkai-sensei – ini hebat, berkaca pada fakta banyaknya genre dileburkan disini, sehingga memperkaya rasa yang ada pada film. Betul, Your Name yaitu sebuah tontonan yang tersusun atas bermacam-macam emosi didalamnya dimana masing-masing mencuat untuk saling menguatkan alih-alih melemahkan. Kamu akan dibuat tertawa olehnya, kemudian mencicipi kecemasan, kemudian menerima sensasi tegang, dan pada hasilnya dibikin menangis entah disebabkan haru atau keindahan filmnya. Meminjam istilah anak muda zaman sekarang, Your Name akan membuatmu baper. Inilah sebuah mahakarya dari seorang Makoto Shinkai dan saya berani memastikan bahwa pernyataan tersebut tidaklah hiperbolis.

Intermezzo: Habis nonton Your Name jadi kepikiran. Pernah berpapasan dengan orang ajaib, dan serasa mengenalnya padahal ingat betul bila kita berdua belum pernah berjumpa. Atau jangan-jangan, kita pernah suatu waktu bertukar badan seperti Taki dengan Mitsuha? Hmmm...

Outstanding (4,5/5)


Post a Comment for "Review : Your Name"