Review : Patriots Day
“Welcome to Watertown, motherfuckers!”
Hanya berselang tiga bulan semenjak dilepasnya Deepwater Horizon – sebuah film berbasis peristiwa positif mengenai kebakaran hebat pengeboran kilang minyak di lepas pantai – yang menandai kolaborasi kedua antara Peter Berg dengan ‘male muse’-nya, Mark Wahlberg, seusai Lone Survivor (2013) hadir film lain yang juga dicuplik dari kejadian penghias tajuk utama media-media Amerika Serikat beberapa waktu lampau yang sekali lagi (!) mempertemukan Berg bersama Wahlberg ialah Patriots Day. Didasarkan buku nonfiksi gubahan Casey Sherman dan Chris Wedge, Boston Strong, serta beberapa bahan yang pernah ditayangkan oleh acara televisi 60 Minutes, Patriots Day soroti peristiwa pengeboman di Boston masa helatan tahunan Maraton Boston pada 2013 silam. Berbeda halnya dengan baik Lone Survivor yang luar biasa mencekam maupun Deepwater Horizon yang separuh awalnya cenderung lempeng jaya, Wahlberg tidak memerankan abjad betulan dalam Patriots Day. Sosok Tommy Saunders yang dimainkannya hanyalah tokoh bentukan untuk film yang terinspirasi dari sejumlah petugas-petugas kepolisian Boston. Keberadaan Tommy Saunders sendiri dimanfaatkan Berg sebagai ‘mata’ bagi penonton sekaligus demi menggenjot efek dramatis.
Melalui Saunders, kita ikut mencicipi, mengamati, serta menilik kekacauan yang disebabkan oleh peristiwa pengeboman yang meminta tumbal tiga jiwa tersebut. Keterlibatan lebih jauh Saunders dalam menyelesaikan kasus Tragedi Boston dimulai periode dirinya diminta bekerja sama dengan Agen Khusus FBI, Richard DesLauriers (Kevin Bacon), lantaran dianggap mengenal baik setiap sudut kota Boston. Berkat ketajaman daya ingatnya akan eksistensi CCTV, wajah kedua pelaku dapat teridentifikasi secara cepat dan identitas mereka, Tamerlan (Themo Melikidze) serta Dzhokhar (Alex Wolff), pun mengemuka beberapa ketika setelahnya. Telah mempunyai modal lebih dari cukup untuk melakukan penangkapan, sayangnya tidak semudah itu melacak keberadaan dua bersaudara tersebut. Tamerlan dan Dzhokhar yang sangat aktif mengikuti perkembangan berita lantas bergerak begitu pihak kepolisian berhasil mengendus identitas mereka. Ditengah-tengah pelarian yang melahirkan tabrakan satu sama lain, keduanya berbuat blunder setelah menetapkan membajak mobil seorang mahasiswa.
Bagi penonton yang getol mengikuti perkembangan info pengeboman Boston – dari liputan di TKP hingga perburuan terhadap tersangka – yang ramai dibahas tiada habis-habisnya di beragam jenis media hampir empat tahun lalu, Patriots Day boleh jadi tidak memberikan gosip atau perspektif gres karena apa yang dipaparkannya merupakan belakang layar umum. Bagaimana prosesnya, lalu bagaimana ujungnya telah dikupas secara menyeluruh oleh media. Daya tarik tersisa terletak pada cara Berg mepresentasikannya ke medium film. Baik gayanya merekonstruksi momen-momen memburu kedua tersangka, penekannya pada sisi humanis, hingga keleluasaannya untuk hadirkan suasana mencekam di TKP yang pastinya luput di pemberitaan sarat sensor. Dibumbui dengan dramatisasi disana sini, tentu masih ada sensasi berbeda masa menyimak Patriots Day sekalipun materinya amat familiar. Apalagi, kita tidak mampu melihat tubuh bersimbah darah, luka-luka menganga, hingga belahan-potongan badan menghiasi layar secara eksplisit saat kamera menjumpai korban-korban ledakan bom di pemberitaan televisi, bukan? Ya, muatan kekerasan yang eksplisit dalam Patriots Day memang cukup mengganggu utamanya kalau kau mudah ngilu atau mual, tapi tak mampu disangkal, ini menambah imbas cekam untuk filmnya itu sendiri.
Efek cekam akan semakin dirasa buat penonton yang tidak tahu menahu wacana pengeboman Boston atau sebatas tahu permukaannya saja. Dijlentrehkan memakai pendekatan prosedural, penonton mengikuti tahap demi tahap penyusunan strategi dari pihak kepolisian guna menangkap para pelaku dengan sesekali kita melihat dari kacamata Dzhokhar yang mulai blingsatan dalam pelarian. Sedari meledaknya bom, intensitas Patriots Day memang merapat dan hampir tidak memberikan ruang bagi penonton untuk sekadar menghembuskan nafas lega. Wahlberg bermain bagus, namun bintang sebetulnya dari Patriots Day yaitu Alex Wolff yang mempertemukan amarah dan ketakutan dalam satu tempat sehingga menghindarkan penggambaran karikatural dari sosok villain. Memperoleh sokongan mantap dari duo Trent Reznor-Atticus Ross dengan iringan musik menghentak-hentaknya plus gerak kamera tangkas nan dinamis, ketegangan Patriots Day terjaga stabil sampai titik puncak mendebarkannya. Selepas meredanya ‘tornado’ – mengikuti tradisi dari dua film kisah kasatmata Berg yang lain – adalah kesempatan memberi penghormatan untuk para pahlawan beserta korban yang (sekali lagi) tergolong efektif dalam menyentuh hati-hati sensitif. Menarik.
Exceeds Expectations (3,5/5)
Post a Comment for "Review : Patriots Day"