Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review : Mahasiswi Baru


“Kehilangan bukan alasan buat berhenti berjuang. Tapi alasan untuk terus bergerak.”

Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata “maba” atau mahasiswa/i baru? Remaja polos dari kampung yang membawa mimpi besar-besar ke kota? Atau akil balig cukup akal dengan penampilan bergaya yang mencoba untuk menawarkan impresi bagus kepada senior di kampus? Apapun definisimu untuk “maba”, satu hal yang mampu dipastikan yakni usianya berada di kisaran 18 sampai 20 tahun. Karena bagi sebagian besar orang, status “maba” dekat kaitannya dengan dewasa yang gres saja tamat menimba ilmu di SMA. Sebuah pandangan yang tak sepenuhnya salah mengingat jarang ditemukan laki-laki/perempuan berusia di atas 30 tahun yang menetapkan untuk mengambil studi S1, sekalipun bukan berarti sama sekali tidak ada. Dalam produksi terbaru MNC Pictures yang bertajuk Mahasiswi Baru, sutradara Monty Tiwa (Matt & Mou, Pocong the Origin) mencoba menghadirkan sedikit pelintiran dengan mengusung premis: bagaimana karenanya bila seorang nenek berusia 70 tahun menentukan menjadi seorang mahasiswi untuk pertama kalinya? Sebuah premis yang sedikit banyak mengingatkan pada Life of the Party (2018) dan Helicopter Eela (2018), meski kedua judul ini tak seekstrim Mahasiswi Baru yang benar-benar menampilkan seorang nenek (bukan lagi ibu rumah tangga berusia 40-an!) sekaligus menyuarakan pesan “usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk belajar”. Terdengar menggugah selera, bukan?

Dalam Mahasiswi Baru, kita diperkenalkan dengan seorang perempuan berusia 70 tahun berjulukan Lastri (Widyawati) yang tinggal bersama dengan putri, Anna (Karina Suwandi), dan menantunya, Amri (Iszur Muchtar). Suatu hari, didorong oleh keinginannya untuk memenuhi keinginan sang cucu, Lastri mengambil sebuah keputusan besar yang menciptakan putri beserta menantunya terhenyak. Lastri akan kuliah di Universitas Cyber Indonesia, Yogyakarta. Mengingat usianya yang tidak lagi muda, keputusan Lastri terang mengundang rasa heran dari orang-orang di sekelilingnya. Tapi pembawaannya yang ramah, ceria, serta berani membuatnya mudah untuk bersosialisasi di kampus. Dalam waktu singkat, Lastri telah berkawan akrab dengan Sarah (Mikha Tambayong) yang modis, Danny (Morgan Oey) yang terobsesi dengan media sosial, Reva (Sonia Alyssa) yang cerdas, serta Erfan (Umay Shahab) yang kritis. Kedekatan Lastri bersama sobat-sahabat barunya ini membawanya terlibat ke dalam aneka macam duduk perkara yang seketika menciptakan Anna pusing lantaran sang ibu mendadak menjelma seorang pemberontak. Keterlibatan Lastri dalam serentetan duduk perkara di kampus ini juga mengancam statusnya sebagai mahasiswi sesudah dekan fakultas, Chaerul (Slamet Rahardjo), menjatuhkan ultimatum: Lastri hanya diperkenakan untuk lanjut kuliah asalkan IPK memenuhi standar. Apabila IPK terbukti berada dibawah rata-rata, maka ia dipersilahkan untuk mengundurkan diri.


Sebagai tontonan yang menapakkan diri di genre komedi, Mahasiswi Baru sejatinya menghibur. Guna memantik tawa penonton, Monty Tiwa pun memberi kita rentetan adegan yang menyoroti upaya Lastri untuk berbaur bersama sahabat-teman mudanya dengan gaya yang acapkali nyentrik nan janggal. Entah itu mengucap istilah-istilah kekinian, terlibat tawuran, menginterupsi ceramah dekan, sampai membangkang. Melihat seorang nenek yang menikmati masa muda di periode 70-an bertingkah polah selayaknya remaja kala sekarang terperinci mengundang gelak tawa dan itulah jualan utama Mahasiswi Baru. Ndilalah, Widyawati menyanggupi dalam memerankan Lastri yang jiwa remajanya kembali mengembang. Aktris senior ini terlihat bersenang-senang dengan tugas yang dimainkannya secara santai. Kita terbahak balasan polahnya, kita pun gemas dengan kegenitannya. Kegenitan yang timbul tatkala beliau bersanding dengan Slamet Rahardjo yang diposisikan sebagai sang love interest. Keduanya membentuk chemistry padu yang memungkinkan adegan “permintaan untuk berdansa” maupun “orang spesial” terasa cantik sampai-sampai penonton ikut tersipu-sipu malu dibuatnya. Mereka betul-betul tampak seperti dua orang kesepian yang sedang kasmaran! Disamping para pemain senior yang turut mencakup Karina Suwandi sebagai putri yang kelabakan, Mahasiswi Baru juga disokong pemain-pemain muda kompeten seperti Morgan Oey yang sekali ini terasa mengesalkan, Umay Shahab yang memberikan kapabilitasnya dalam menangani adegan dramatik, serta Sonia Alyssa yang mengundang simpati.

Performa jempolan dari jajaran pemain Mahasiswi Baru ini membantu film untuk tetap menjalankan tugasnya dalam menghibur penonton yang nyaris terbengkalai akhir naskah beserta penggarapan yang kurang konsisten. Memilih untuk bersenang-bahagia dengan memotret gegar budaya yang dialami oleh Lastri terang tidak keliru, hanya saja, film urung menjlentrehkan soal motivasi si tokoh utama dalam mengikuti perkuliahan. Ketimbang menggalinya yang berarti memberikan pula kegigihan perjuangannya untuk bertahan di kampus, si pembuat film justru berfokus pada asing-gilaan semata seraya menjabarkan motif Lastri sekenanya saja di klimaks. Alhasil, sulit untuk menambatkan simpati pada huruf ini. Saya tak merasa diajak untuk memberi Lastri derma dalam menuntaskan studi, saya juga tak merasa ada sesuatu yang dipertaruhkan ketika dirinya menerima peringatan dari dekan. Jika dia drop out, apa yang menjadi persoalan? Pertanyaan ini sulit terjawab alasannya film tidak memberikan kesempatan untuk mengenal Lastri secara mendalam. Malah, film turut menyelipkan subplot kelewat dramatis mengenai nasib salah satu huruf yang bekerjsama tidak berdampak signifikan ke narasi utama kecuali agar duduk perkara besar mampu diselesaikan dengan amat gampang. Menilik betapa besar potensi Mahasiswi Baru untuk mengundang haru biru melalui guliran pengisahan, saya terperinci menyayangkan keputusan-keputusan ini. Beruntunglah film masih memiliki barisan pemain dengan performa ciamik dan momen komedi yang tereksekusi dengan baik, sehingga paling tidak aku masih mampu tergelak sekalipun hati terasa kosong.

Acceptable (3/5)


Post a Comment for "Review : Mahasiswi Baru"